Loader

Music, Online era and before.. a general perspective

Started by Debon, 10/11/11, 21:40

Previous topic - Next topic
Guys,

it's been a while since my last thread/blog disini.. skrg kebetuan gw lagi ada bahan tulisan yg pengen gw share di forum..

Ada yang pernah baca buku "The Long Tail?' .. Buku tsb adalah mengenai peranan digital media di era online dan e commerce terhadap consumer goods... dan dibuku tersebut dibahas banget mengenai prediksi perkembangan musik di era digital.. disitu ditulis bahwa ada beberapa hal yang akan merubah kultur musik ke depan:

- Perkembangan teknologi audio software untuk producing, yg akan membuat makin banyak orang bisa jadi produser
- Blog reviews yang akan memudahkan orang mencari opini mengenai music review
- Social media yg akan membantu proses penyebaran musik secara cepat
- Online music store dimana orang bisa mengunduh musik yg ingin mereka nikmati secara instan..

Point yg ke empat sangat menarik, karena Online music store bisa mengakomodir berbagai jenis music from main stream to idealist (niche) ... dan juga berbagai dari genre... dengan bisa dibilang filter yang sangat sedkit..Di buku tersebut juga di prediksi bahwa music2 non komersil akan lebih bisa diterima karena 4 elemen yg gw sebut diatas...

Btw buku tersebut ditulis 5 tahun yang lalu, dan kalo kita liat reality check nya skrg apakah prediksi tsb menjadi kenyataan?

kalo kita lihat skrg top 40 charts di V channel atau program2 serupa, mungkin perasaan gw aja atau all the music sounds the same.. Seorang Jeniffer Lopez yg dulu begitu gw kagumin bisa berkolaborasi dengan Pitbull yang maaf, in my opinion komersil dan cheesy bgt.. sesuatu yg sulit gw bayangin sekitar 1 dekade yg lalu..
skarang dance music, R+B dan Pop ampir ga bisa dibedain, dan jarang bgt ada band2 berkualitas dengan musik yg distinctive..kalopun ada mereka ga stand out, padahal ini era digital dan viral information

klo di 80s ada the police, duran duran, Depeche Mode Aha..

klo di 90s ada Smashing pumpkins, Pearl Jam, REM, Radio Head dan lusinan band2 legendaris lainnya...

what about today? gw perhatiin anak2 kuliah jaman skrg yg "cool", mereka dengerin musik2 yg berasal dari dekade2 sebelumnya...

fenomena apa si yg lagi terjadi?

Pertama tama kita liat dulu how it works di jaman record label besar dulu berjaya, how did it work?

band band atau musisi pasti harus ditemukan dulu sama "talent spotter" kemudian dia akan di introduce ke seseorang di label yg punya naluri pemasaran yg tinggi yg akan decide band tersebut akan di kontrak atau tidak..

Orang orang tersebut berfungsi sebagai filter... mereka akan menyaring benih yang baik dan melejitkannya melalui label,, orang2 sepert ini bisa kita temukan pada diri seorang simon cowel (ex amerian idol)

mereka memfilter artis untuk 2 alasan

- Make sure mereka akan mengontrak artis yg menguntungkan label
- Dan mereka harus make menerima kenyataan bahwa toko musik konvensional seperti aquarius memiliki keterbatasan rak untuk mendisplay album2 musik, jd hanya yg berkualitas yg bisa dijual disana..

back to the topic, Kenapa skrg di era digital dimana teknologi memungkinkan orang untuk bikin lagu cukup dengan logic dll, dan bisa mengupload ke sharing sites atau menjualnya di online store tanpa birokrasi yg rumit, justru merupakan era yg sulit bagi musisi idealis dan berkarakter? (at least now kondisinya kayak gitu dont know in the next 5 years)

Unlimited cyber space yg mustinya bisa nawarin banyak pilihan bagus karena di review oleh bloggers dan tweeps secara langsung dan terkadang kejam, justru belum berhasil memfilter music the way big record labels manage to do it in the previous decades..

Do we actually still need talent spotters and label reviewers and conventional music critics? I Think Yess...As The late Steve Jobs once mentioned "People dont know what they want untill you show it to them"

Mungkin banyak yg disagree dan mengatakan bahwa keindahan music itu abstrak dan gw nge judge secara individual, but then again klo kita bandingin rapper jaman skrg kayak pitbull VS Dr. Dre atau eminem? it's too plain to see the disparity

Is this just a phenomenon that will end? i hope so

Forum ini dibuat untuk pecinta musik terutama EDM untuk menyalurka aspirasi menunjukkan keciantaannya pd musik, buat yg baca thread ini, mudah2an bisa jadi bahan renungan... disini ndak ada kesimpulan ataupun solusi just some facts and overview of how music is in 2 different marketing era... Gw bukan kritisi musik proffesional cuman sekedar penikmat, mohon maaf klo ada yg kurang2 di tulisan ini.. gw berharap bgt dapet pencerahan dari diskusi yg akan muncul dari thread ini... as i know banyak bgt member ravelex yg punya wawasan musik yg bagus dan luas :)

thx 4 reading guys

PLUR

D





Nice topic bon....

IMHO ini salah satu downside dari kemudahan orang mengakses tools of music production, kemudahan akses disertai dengan perkembangan teknologi yang mempermudah orang untuk produce "music" (tanda kutip). You don't have to be a real musician to produce something nowadays (sorry but this is the cold hard fact), with a little technical audio engineering know how, noise apapun tiba2 sekarang bisa menjadi "quality music". i.e gak bisa nyanyi ?? tenaaang ada auto tuneeeee, gak bisa sequence chord ? tenaaaang ada arppegiator

Jangan salah, big record label menurut gw juga gak kalah bersalahnya dalam memperparah situasi. If you think they made a lot of money before than now, you are totally wrong !!! they are making more money now more than ever !!!, dengan turunnya biaya producing music berarti kemungkinan besar QC record label sendiri juga udah gak terlalu fokus ke talent musisinya sendiri.

Kalo dulu biaya recording an artist mungkin besar karena penggunaan alat2 analog yang mahal,sehingga record label harus bener2 yakin artis ini punya kualitas untuk memproduce sebuah master piece yang bisa dijual berulang kali; sekarang sih itu bukan soal, just as long as its hip, mudah diterima, just package it, polish it and boom baby u have yourself a Billboard top charting artist....udah gak hip lagi ? no problem just scrape and replace, cost of producing and marketing is low anyways...we're still making millions baby !!!

What does this tell you ?? IMHO si ya keadaan seperti ini mendrive record labels dan pada akhirnya artis2 juga untuk mengesampingkan soul dari musicnya sendiri, its all about trends baby.
Its all about money and fame now, record labels and producers cuma mikirin how to create new trends, new "cools" and in turn meraup keuntungan sebesar2nya (who cares if its extra cheesy);makanya there's more music that's "wooow ni lagu so last year deh....or wooow ni lagu hits banget yah", whatever happened to "wah music ini timeless banget yah...."??

But then in the end ya kayaknya emang gak bisa disalahin juga ya, ya there's a downside to everything, u just cant have it all,cant you ? era digital memang membawa perubahan signifikan untuk musik dan beberapa tahun belakangan ini dance music, for good or bad this is the times that we live in....

Tp gw yakin all this will pass, in the end waktu juga yang akan membuktikan, all the media hype and marketing gimmicks of the digital era may make a soulless music seem golden, but when the dust cools off, semua akan terlihat jelas...timeless masterpieces will always be timeless masterpieces, and refurbished junks will just be another billboard chart topper yang "so last year"  :P :P

Ini cuma pendapat jujur seorang pencinta musik aja, nothing more nothing less, gw mungkin bener, tp lebih mungkin lagi gw salah, i'm not waging a war against the whole world, tp i do have a right to voice what i feel...i hope gak ada yang take it personally, yang baik diserap yang jelek silahkan dibuang jauh2....

Peace out

Play your heart out loud !!!

Wah hebat lo debon, akhirnya muncul juga lo dari kawah semar.

gua setuju dengan ucil, major label juga punya peranan penting dalam banyaknya music cheese yang beredar. they want to have more money. Dulu mungkin mereka masih bisa dapet duit banyak dengan penjualan musik secara fisik, tapi sekarang siapa yang masih beli kaset / cd? So in order to maintain their income, instead of milihin artis yang berkualitas, mereka justru rilis sebanyak banyaknya artis yang bisa ngejual. istilahnya dulu nembak orang cuma cukup pake pistol koboy, tapi sekarang harus pake M16, the more you release to more hit. dan ironisnya semua itu ditelan mentah mentah oleh konsumen. talent spotter jaman sekarang udah ga mikir idealisme, they're spotting money.

and it will ge worser, after kita di bombardir dengan band band melayu cengeng, sebentar lagi kita akan dibombardir dengan multi personil boy/girl band ala korea. major label controls the music scene, if they fed up with latter trend they will create new trend (or bisa disebut trend luar). yang jadi korban ya artis2nya itu sendiri.

gua kasian ama artis indonesia jaman sekarang, udah di jalur rekaman pendapatannya ga gitu gede, jalan satu satunya untuk cari duit adalah dengan manggung. tapi sekarang panggung musik indonesia (jakarta khususnya) dipenuhi jadwal manggung musisi luar. terus kalo gitu darimana lagi mereka bisa dapet duit? lama lama musisi indonesia ga bisa jadi tuan di rumah sendiri. fenomena ini udah terjadi sebelumnya di EDM scene, dj luar jadi sering banget main disini, sampe akhirnya eo ga pede kalo ga manggil dj luar.

soal kemudahan membuat musik jaman sekarang kayaknya ga bisa dijadiin kambing hitam. musik akan selalu ngikutin teknologi, mungkin nanti anak anak kecil udah ga minat belajar gitar, mendingan belajar komputer biar bisa bikin musik kayak tiesto atau skrillex. hahaha....
One cigarette costs 2 minutes of your life. One bottle of beer costs 4 minutes of your life. One working day costs 8 hours of your life.

Ravelex.net - Administrator
Email : Admin[at]rvlx.net
Phone : 021-9996-7859 (office hour)
fax.: 021-7

same thing applies buat dunia per DJ an...

dulu pertama kali main di MBC Jakarta thn 2003, gw inget banget harus ngedengerin mixtape ke management dulu (saat itu gw dah nge DJ sekitar 3-4 tahunan)... skarang dengan traktor dan modal sync, baru bisa 6 bulan udah bisa tampil dengan, sorry to say, skill yg sebenernya belum mumpuni... Like it or not, the truth is: experience matters! it's the tests that we go through yg akan bikin kita smakin mateng,, So, Does Technology have fallen mostly into the wrong hands? Time will tell..




trus apa yang bisa kita lakukan dengan fenomena seperti ini. Hal ini udah terjadi di club club tanah air. Well gua ga mau nutup kesempatan dj baru untuk berkembang, like you said , experience matters, kalau mereka ga punya lahan untuk tampil, karena udah di sumpek dengan DJ senior, terus gimana mereka bisa gain experience?

Experience matters, tapi regenerations juga penting. :)
One cigarette costs 2 minutes of your life. One bottle of beer costs 4 minutes of your life. One working day costs 8 hours of your life.

Ravelex.net - Administrator
Email : Admin[at]rvlx.net
Phone : 021-9996-7859 (office hour)
fax.: 021-7

Quote from: Debon on 16/11/11, 20:43
same thing applies buat dunia per DJ an...

dulu pertama kali main di MBC Jakarta thn 2003, gw inget banget harus ngedengerin mixtape ke management dulu (saat itu gw dah nge DJ sekitar 3-4 tahunan)... skarang dengan traktor dan modal sync, baru bisa 6 bulan udah bisa tampil dengan, sorry to say, skill yg sebenernya belum mumpuni... Like it or not, the truth is: experience matters! it's the tests that we go through yg akan bikin kita smakin mateng,, So, Does Technology have fallen mostly into the wrong hands? Time will tell..






kalo twitter ni kata2 mo gw rituit sejuta kali ... *peluk debon

Quote from: Debon on 10/11/11, 21:40

Kenapa skrg di era digital dimana teknologi memungkinkan orang untuk bikin lagu cukup dengan logic dll, dan bisa mengupload ke sharing sites atau menjualnya di online store tanpa birokrasi yg rumit, justru merupakan era yg sulit bagi musisi idealis dan berkarakter? (at least now kondisinya kayak gitu dont know in the next 5 years)


OMG! seandainya gw masih skripsi mungkin Topic ini bisa gw jadiin bahan.

Quote from: Ucil on 11/11/11, 00:31

timeless masterpieces will always be timeless masterpieces, and refurbished junks will just be another billboard chart topper yang "so last year"
 

I agree with that!

Quote from: Gober on 18/11/11, 19:29
- talent spotter jaman sekarang udah ga mikir idealisme, they're spotting money.

- Experience matters, tapi regenerations juga penting. :)


Cool paman.. regenerasi juga penting banget. gak menutup kemungkinan DJ yg udah gaek punya pengalaman bejibun membagi ilmu dan pengalaman yg berharga untuk generasi mendatang. ilmu gak dibawa mati kok.



"Enourmous Uplift"

Quote from: Gober on 18/11/11, 19:29
trus apa yang bisa kita lakukan dengan fenomena seperti ini. Hal ini udah terjadi di club club tanah air. Well gua ga mau nutup kesempatan dj baru untuk berkembang, like you said , experience matters, kalau mereka ga punya lahan untuk tampil, karena udah di sumpek dengan DJ senior, terus gimana mereka bisa gain experience?

Experience matters, tapi regenerations juga penting. :)

Emang sih regeneration itu perlu banget, but sekarang kayaknya udah spiralling out of control, so in a way debon ada benernya jg sih, teknologi jaman sekarang sudah membuat the realitynya : "Everybody wants to be a DJ"......even for the wrong reasons, simply karena ya gampang banget.

trus apa yang bisa dilakuin ? apa teknologi nya harus dijauhi ? ya nggak juga lah, namanya teknologi itu ya memang mempermudah, tapi ya harusnya mempermudah technical side supaya si usernya bisa fokus ke faktor "art" nya daripada technical side such as manual beatmatching, bukan mempermudah semua orang jadi overnight DJ. Tp kan ini yang kadang2 jadi salah kaprah aja sih...because DJing is more than just beatmatching, beatmatching is just the first step (yang sekarang udah dipermudah sama teknologi).

Nah sekarang tugas si pengguna teknologi ini jangan kebawa manja lah sama teknologinya, with the beatmatching factor out of the question ya harusnya pengguna teknologi ini bisa lebih konsen mengasah faktor2 lain in a set of DJ skills, contohnya : Track Selection (Flow n Framing), FXs, On the fly re-edits, etc. ; ya art factornya lah....ohya sama dua hal yang paling penting (at least menurut gw lebih penting drpd segerombolan gruppies) adalah TASTE + SOUL...karena tanpa dua hal tadi, sorry but you're just another operator, not an artist with a story to express musically....

Dan bener juga si kata debon, jaman dulu its really difficult to land a gigg in a major club....lo mesti ngirim mixtape dulu lah, dan sekali kirim blom tentu juga lo dikasih maen, but then ya lo harus coba terus, itung2 mengasah skill, sampe ya lo dikasih that big break....that's why people put so much respect on the art of DJing....maybe ini juga perlu juga ditanamin ke generasi2 sekarang...maybe,maybe,maybe....but then again mungkin juga gw sotoy.... :P :P :P

Peace out

Play your heart out loud !!!

ya everybody can be a dj with a touch of a botton nowadays. its like warhol said, famous in 15 minutes. setiap orang bisa ngedj in 15 minutes, but for 15 minutes only. tapi balikin lagi ke yg bikin ini jadi masalah, siapa yg ngehire mereka. mungkin pihak yg ngehire mereka udah punya standart yg berbeda dibanding beberapa tahun yg lalu. the so called bureaucracy. merekalah yg harus dipertanyakan for lowering their standart.

kalau dunia dj udah terlalu saturated, kenapa ga fokus ke dunia producing. daripada pusing covering lagu orang, kenapa ga bikin lagu sendiri. mungkin ini adalah next challenge sebagai dj dan musisi elektronik. mungkin hanya modal satu lagu, you can play around the world.
One cigarette costs 2 minutes of your life. One bottle of beer costs 4 minutes of your life. One working day costs 8 hours of your life.

Ravelex.net - Administrator
Email : Admin[at]rvlx.net
Phone : 021-9996-7859 (office hour)
fax.: 021-7

regenerasi penting!!! dont get me wrong... tapi tetep harus ada prosesnya jugaa... ga bisa instant...that's my whole point..

justru banyak skrg orang2 yg tadinya penikmat musik sejak dulu, skrg ajdi DJ... dan mereka bisa tampil dengan bagus, kenapa?? karena modal taste mereka kuat...

DJ baru yang mempunyai taste OK susah untuk berkembang di indonesia terutama di "jakarta", karena minimnya kesempatan tampil di club2 yang bisa bermain idealis.. dan seharusnya label besar juga mencari bibit2 dj baru yang mempunyai taste music bisa di bilang dengan selera bagus, jadi kalo masuk label besar gak musti "menjilat2 bgt lah" , kaya di luar kalo lo punya taste music ok dan produce lo cancing, label besar yang akan menghampiri mereka dj2 baru, ya walau pasti ngasih demo or something apa dulu ke mereka, bukan malah dj baru yang punya taste ok yang malah menjilat sana sini.. kultur disini musti dirubah dan diluruskan kalo memang benar2 EDM Indonesia ingin regenerasi dengan kualitas yang OK, sorry kalau rada sotoy kakak kakak disini...  *piss*  *Stop politic of dancing*  ;)

RESPECT!


picture hosting
www.mixcloud.com/anggasaputr

well all new systems require time before functioning properly, hope time will do the adjustments and get things back to normal.. but for now i miss the old days... buat yg muda mudaa yg berkarakter dan punya passion yg REAL, don't give up guys... time shall justify us..