Loader

Realita, cinta, dan EDM; A retrospective

Started by Discomfort, 14/08/09, 01:32

Previous topic - Next topic
Quote from: m1d1d4t4 on 21/08/09, 10:36
tantangan buat kita untuk "meningkatkan" kualitas diri bukan?

dengan kata "kualitas" sendiri bukan hanya skill dalam nge-DJ doang, tapi skill komunikasi harus jalan. jalin networking bukan cuma dengan dateng party dan ngobrol sama big boss. rajin-rajin merambah forum-forum DJ / musik elektronik di luar negeri. ikut partisipasi dalam komunikasi sehari-hari mereka, sharing aja masalah-masalah di indonesia, sedikit-sedikit selipin postingan video / setlist lo. Tonton/ dengar juga hasil-hasil karya mereka. Curi ilmu.

Akhir kata, gimana kalo pertanyaannya gw balik : gimana caranya untuk meningkatkan kualitas diri sendiri supaya tidak dipandang sebelah mata oleh EO lokal? :D

@m1d4t

setuju, mau gak mau ini musti berjalan dua arah. Kalau ngarepin perubahan dari luar tapi stagnasi dari dalem terus dipupuk, ya sama juga bohlam. Setuju juga dengan saran2 yg lo kasih. Steal-deconstruct-recreate. Kalo cycle ini gak dijalanin dan produsen2 nya terlalu cepet berpuas diri dengan pencapaian yg udah ada, aborsi aja dari kecil sekalian ;D , disisi lain ini juga jadi percuma kalau apresiasi terhadap progress nya juga alpha.

Dari pengamatan gue, di scene ini kan komponennya ada 4 kalo gak salah: Talents, Label, Venue, dan Sponsor
2 komponen pertama gue liat cukup mendorong sih ke arah progress, tapi 2 komponen terakhir nampaknya agak terlalu berlebihan perhatiannya ke arah "yang aman2 saja". Ini bukan berarti gue menganggap ke mainstream-an sebagai sesuatu yg negatif. Tapi ya mind-set yg progressive dan memberikan dukungan ke jalur di luar itu juga harus. Kalo gak gitu, akibatnya ya perkembangannya jadi timpang; mainstream maju, non-mainstream modar. Padahal utk menciptakan sebuah pasar yg sustainable, dua2nya diperlukan. Analoginya, ini kayak orang cebol; makan terus, tapi pertumbuhannya segitu2 aja. Makanya di setiap entitas, baik itu perusahaan, organisasi, scene, etc, ada yg namanya departemen R&D (research & development) atau equivalent nya.

Anarchy. Now

EO & Management local ampe skarang masi ngejualin / booked gig talentsnya gak si keluar negri?

@DNAB

mungkin masih, mungkin enggak.. but I guess that's not the problem. Masalahnya apakah, baik produsen maupun konsumen event, mau menganggap performer lokal sebagai tuan rumah di negaranya sendiri atau tidak? Apakah kita masih mau memajukan scene ini atau mau gini gini aja nih ? Jujur aja gw cukup kecewa dengan trend "masa kini" ini. Satu label (dengan dukungan / atas dasar tekanan sponsor tentunya ) bawa performer luar semua nunut bawa performer luar, tanpa mikirin impact nya ke scene ini secara keseluruhan sendiri. Sorry if I sound too harsh, but its a fact isn't it?  Gw hanya melakukan ini karena gw merasa kehilangan apa yg dulunya gw cari dari scene yg gw suka ini. It used to be a movement, used to be about the love and happiness, the community, togetherness. It used to be about PEACE LOVE UNITY AND RESPECT. Now there's lesser peace, the love is almost gone, a crumbling unity and should I even ask about the diminishing respect? Bukan mengeneralisasi, but I kinda feel that almost everything in this scene is now based too much on monetary profit. Sekali lagi bukan artinya mencari untung itu buruk, tapi apa cuma segini aja nih?  Is EDM here is just an Industry, rather than that AND a passionately done art form? Moga2 enggak ya..

 
Anarchy. Now

have the local EO needs met with the local talents qualifications yet?
audio  - video - disco
I hear - I see  - I learn

Quote from: Discomfort on 26/08/09, 23:52
@DNAB

mungkin masih, mungkin enggak.. but I guess that's not the problem. Masalahnya apakah, baik produsen maupun konsumen event, mau menganggap performer lokal sebagai tuan rumah di negaranya sendiri atau tidak? Apakah kita masih mau memajukan scene ini atau mau gini gini aja nih ? Jujur aja gw cukup kecewa dengan trend "masa kini" ini. Satu label (dengan dukungan / atas dasar tekanan sponsor tentunya ) bawa performer luar semua nunut bawa performer luar, tanpa mikirin impact nya ke scene ini secara keseluruhan sendiri. Sorry if I sound too harsh, but its a fact isn't it?  Gw hanya melakukan ini karena gw merasa kehilangan apa yg dulunya gw cari dari scene yg gw suka ini. It used to be a movement, used to be about the love and happiness, the community, togetherness. It used to be about PEACE LOVE UNITY AND RESPECT. Now there's lesser peace, the love is almost gone, a crumbling unity and should I even ask about the diminishing respect? Bukan mengeneralisasi, but I kinda feel that almost everything in this scene is now based too much on monetary profit. Sekali lagi bukan artinya mencari untung itu buruk, tapi apa cuma segini aja nih?  Is EDM here is just an Industry, rather than that AND a passionately done art form? Moga2 enggak ya..

 
setuju ang.

tapi maksud gue dengan cara promote local artist keluar,
gua rasa bisa naikin apresiasi orang2 terhadap local talents sendiri. eh iya gak si?
maksudnya, kalo talents local di appreciate di luar, i put a big hope that local ravers & industry also can appreciate them even more.

idealnya sih gitu ya? just a thought sik.

30/08/09, 14:41 #30 Last Edit: 30/08/09, 15:38 by Discomfort
Quote from: walasok on 29/08/09, 00:28
have the local EO needs met with the local talents qualifications yet?

Mustinya ditanya balik brod, there are plenty of cases where THEY're the one who doesn't meet local talents qualifications. Soalnya toh banyak juga label/venue yang gak ribet2 amat kok kualifikasinya. Yang penting HARD SELLING toh? ;D
Anarchy. Now

Quote from: dirtynumbangelboy on 29/08/09, 15:42
setuju ang.

tapi maksud gue dengan cara promote local artist keluar,
gua rasa bisa naikin apresiasi orang2 terhadap local talents sendiri. eh iya gak si?


Gue rasa sih jadi redundant brod, kalo utk dianggap di dalem kita musti ngetop di luar dulu.. Artinya apa? Utk jadi talent yg bagus kita musti "pembuktian" dulu ama bule2, baru dianggap keren sama lokal? Apa itu artinya label/sponsor sini gak cukup pede utk punya pendirian sendiri soal keren tidaknya seorang / satu grup talents? Ini artinya either emang gak pede atau males utk nyari tau apa maunya konsumen sih kata gw.  Toh banyak Talent lokal yg udh maen ke mana2 tapi disininya gak dipromosiin dan gak kepake (kecuali usaha sendiri). Jd tetep aja balik lagi gimana pelaku pasar dalem negeri kalo kata gw..
Anarchy. Now

mungkin mesti di konsultasikan dengan mentri tenaga kerja ini sih ..mengenai pemberdayaan SDM ..:)

Quote from: Discomfort on 30/08/09, 15:06
Quote from: dirtynumbangelboy on 29/08/09, 15:42
setuju ang.

tapi maksud gue dengan cara promote local artist keluar,
gua rasa bisa naikin apresiasi orang2 terhadap local talents sendiri. eh iya gak si?


Gue rasa sih jadi redundant brod, kalo utk dianggap di dalem kita musti ngetop di luar dulu.. Artinya apa? Utk jadi talent yg bagus kita musti "pembuktian" dulu ama bule2, baru dianggap keren sama lokal? Apa itu artinya label/sponsor sini gak cukup pede utk punya pendirian sendiri soal keren tidaknya seorang / satu grup talents? Ini artinya either emang gak pede atau males utk nyari tau apa maunya konsumen sih kata gw.  Toh banyak Talent lokal yg udh maen ke mana2 tapi disininya gak dipromosiin dan gak kepake (kecuali usaha sendiri). Jd tetep aja balik lagi gimana pelaku pasar dalem negeri kalo kata gw..

Iya...banyak kok sebenernya producer2 & dj lokal yang dihargai sama label/management luar. Gw liat mereka berjaya tandang,terpuruk di kandang. Akhirnya kemajuan itu tidak bisa dirasakan oleh pasar kita.

Gw sering burn lagu2 lokal yang privately shared ke cd utk denger di mobil. Temen2 gw sebagai pendengar EDM sering nanya,"ini lagu siapa si?" ..gw bilang, "RNRM(misal)...loe belom pernah denger?" .. "Belom,dj/band luar?" .. gw jawab,"lokal boss... bagus kan?" .. "bagus men...kok ga pernah kedengeran si?" .. disitu gw ga bisa jawab... pasar kita suka kok...tapi kenapa mereka ga bisa menikmati secara langsung/bukan melalui cd yang gw burn?..

kalo memang politik,kenapa sih harus pake politik? ... lokal tuh wajib sharing,terbuka komunikasinya...lagu2 ini pada akhirnya menjadi ilmu buat orang luar dan mereka yang "steal-deconstruct-recreate"

Sekarang gw berbicara sebagai salah satu orang yang berusaha memajukan komunitasnya dengan cara meraup pasar luar...review-nya sangatlah menjanjikan,lagu2 kita akhirnya bisa dirilis digitally,dan so far rencana kita mau mengadakan workshop utk local talents/newbies. Gw berusaha untuk berkomunikasi dengan talent2 lokal lainnya, rata-rata mereka hanya menjanjikan,"Sip!".

Percaya diri dong,locals! Kalo lagu2/mixtapes loe masih kurang bagus,kita bisa sharing untuk membuat materi kita-kita menjadi jauh jauh jauh LEBIH BAGUS! supaya semua tipu daya fakdap politics syit musnah dari Indonesia

opini-nya argueable seperti biasa :D basically gw PRO sama opini @Discomfort

yuk marii  ;)
send us your tunes to:
invert.recordings@gmail.com

check out my releases:
http://www.soundcloud.com/dtx

'Like' my page:
http://www.facebook.com/dtxdnb

28/09/09, 12:03 #34 Last Edit: 28/09/09, 12:25 by Discomfort
@ DTX

Agree on most of your comments brod, kecuali soal politics. Kayaknya mau digimanain juga emang pasti ada aja, that's just human nature. Seperti yg gw bilang di topik jualan musik, adapt instead of resist. Kalau memang major playaz nya (big label, usual sponsors) begini2 aja, ya kita bikin pasar sendiri aja, cari sponsor2 lain yang visinya gak cuman blatant branding dengan alasan ya market sini bisanya cuman gitu, padahal ya mereka2nya yg gak jeli liat peluang. Mungkin ini seperti shift dari tulisan2 gw sebelumnya yg menyarankan,mendorong begini begitu ini itu. Tapi sebenernya enggak, stance nya masi sama, cuman caranya yang beda. Gw udh cape teriak2 di telinga budek, ngajak2 anak obesitas buat lari pagi (secara yang namanya obese boro2 lari, berdiri di atas kedua kakinya sendiri aja ogah). Kalau di the so called "EDM" scene orang2 yg mau bikin perubahan gak pernah di denger atau dianggap, ya bikin scene sendiri aja. Apa kek elektronik non dancing music atau non elektronik dance music atau clint eastwood music (music without a name) scene..its just a label, it's just FASHION.. Hal yang sama kejadian di scene VJ, ketika ternyata begitu diajakin buat bikin perubahan ujung2nya malah cenderung jadi geng2an, ya udh gw adapt n bikin gang sendiri, POV gw soal VJing gw rubah. Dari profesi jadi hobi mahal. Dari yang cari duit ke yang kasih duit. Dari anggota union ke separatisme militan. Gue gak mau jadi ubur2 yg keselimpet tentakelnya sendiri atau jadi pohon yg kebelit ranting pohon laen. Percuma, toh gue cuma jadi parasit buat mereka dan mereka jadi parasit buat gue..

hah, jadi curhat.. ya intinya sih utk mengatasi politik di sebuah scene, paling ideal ya keluar aja dari scene itu dan bikin scene sendiri (sehingga mau maen politik kayak gimana juga gak bakal ngaruh ke gue karena toh kita udh gak berada di dalem kotak mereka),  atau jadi player juga dan tumbuh untuk kemudian memakan pesaing2 itu (dengan atau tanpa kecap, dimasak maupun bloody raw).. atau dua2nya; di dunia yang palsu ini bahkan bermuka dua aja kadang2 masih kurang.. To be honest gw udh cukup pesimis dan fed up ngeliat (yang katanya) EDM scene lokal yang pelan2 makan badannya sendiri. Gw malah udah mulai berdoa semoga cepet modar, biar cepet dikubur, dan dari bangkainya bisa tumbuh pohon2 yang baru yang lebih segar.. amin ya robal alamin.. 
Anarchy. Now

@Discomfort

AMIINNN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Gw akan menjadi salah satu saksi itu semua,ang... dan bareng2 kita siramin tuh pohon...kasih batu nisan; Here Lies EDM and Here Comes EDM-perjuangan! hhahahaha

masalah waktu aja sih ang,dulu gw gak sabaran,tapi akhirnya gw bersedia menunggu dan berusaha. Sejauh ini usaha gw belom sia-sia. Eventually,kita bakal punya komunitas sendiri-sendiri yang bisa kooperatif satu sama lain dan membuat satu event besar dimana orang di seluruh dunia dateng ke indonesia dan pengen nonton dj-vj lokal kita.

Alhamdulillah,Junglizta udah kedengeran dan punya represetatif di U.K / Australia / S.G,ang! i'm proud and will keep on dominating other part of the world!

DREAM BIG!! cheers to that one!
send us your tunes to:
invert.recordings@gmail.com

check out my releases:
http://www.soundcloud.com/dtx

'Like' my page:
http://www.facebook.com/dtxdnb

kayanya its bout taste of art juga ini sih ..secara u know masyarakat umumnya kan emang konsumerismenya tinggi bgt so menurut kalo gw sih simplenya ga heran kalo something taste import pasti bakalan disamber duluan daripada lokals...

kalo bout branding ya back to quality cuz not all import got quality rather than lokal ...

kalo back to standard ...ya back to market ..biar market aja yg berbicara ...walau gw pikir yg namanya market kadang ga bisa lepas juga dari politik yg nekan sana sini etc ...xmples (wong mo bikin subway/monorail aja kayanya ga jadi2 cuz takut ga laku jalan tol bebas hambatanya padahal jalanannya juga  udah macet dimana2)<--loh kok jd jalan raya yah hehe

kalo soal grupis ya back to grupis ...let them decided  who they like to who ...and dont like to who....
apakah sukanya honest ato bohong2an / just fashion styles.. ya entah deh hehehe

secara emang ini namanya industri hiburan to get fun n joyz...