@Sonique
Uang panas atau dingin, tetep aja ujung2nya uang. Kalo emang direalisasikan, kita kan tujuannya menghibur org dan membantu sesama. Apakah pengunjung mau mabok kek, mau tripping kek, itu tanggung jawab masing2. Yang jelas, selama pembeli tiket sadar bahwa keuntungan dari tiket yang dibelinya akan digunakan untuk menyumbang mereka yang tidak mampu, itu aja udah cukup. Diluar itu, gw rasa udah bukan tanggung jawab penyelenggara.
@Siska
Memang gak bakal mudah jeng,kendala pasti ada. Tapi seberapa pun keuntungan yang didapat dari event tersebut, gw yakin yang menerimanya akan sangat terbantu. Dan itu yang utama. Gw bukannya mo sok2 spiritual or whatever, tapi gw percaya Tuhan akan membantu kalau emang tujuannya untuk kebaikan bersama. Soal di demo oleh whatever bullshit organization yang bawa2 nama moral, gw cuma mo bilang aja. Moral is overated. Sok2an bawa2 ini itu iat ngicuk, ujung2nya minta duit. Kalo sampai mereka berani2 nyerbu acara charity, nama organisasi mereka sendiri yang bakal kecoreng. Mereka kan pengennya jadi "good guys", "Pembela moral dan aqidah" katanya. Kalo sampai keexpose ke media, mo gimana mereka? Orang jualannya moral, kok ya sampai hati ngancurin usaha untuk ngebantu sesama? Disini bargaining point kita ke tukang palak2 itu.
@Silver_spoof
Iya, sakit memang. Tapi secara dia idup ngegembel di jalanan Jakarta, memakan bayinya sendiri mungkin hal terwaras yang dia tau. Dia gak perduli sama nilai2/norma2/aturan2 lingkungannya, secara dia sendiri juga biasa gak dipeduliin. Dia mati pun mungkin gak ada orang yang perduli. Tapi ketika dia dicurigai memakan bayinya dan diekspose oleh media, tiba2 kita semua perduli. Tiba2 dia menjelma jadi "Sumanti" di media massa. Gw rasa justru kita semua yang udah gila. Orang musti makan bayinya, atau bangke neneknya kayak Sumanto, untuk diperduliin keadaannya. Bisa sampai masuk koran dan TV segala. Coba dia gak makan bayinya, apa ada orang yang bakal masukin dia ke RS Jiwa? Apa ada yang bakal perduli?
Tapi ketidak pedulian itu benernya wajar kok. Kita udah biasa idup di lingkungan yang apatis. Tiap hari kita liat gembel dan anak jalanan di mana2. Dekil, ngelem, siang malem minta2 di jalanan, makan dari keranjang sampah. Wajar kalo kita jadi numb sama yang kayak gini. gw sendiri juga kayak gitu kok. And i'm sick of myself for being like that. I'm sick of feeling powerless, unable to do something while deep inside I know I can do something about it. Maybe because i know for sure that there's not much I can do about it, if i'm doing it alone. But together we can do something about it. This is not some michael jackson's "heal the world" self campaign blah blahs. This is a plea to all of you. Please, i don't wanna be numb anymore. I want to be human again. Do you? Anyone?
Uang panas atau dingin, tetep aja ujung2nya uang. Kalo emang direalisasikan, kita kan tujuannya menghibur org dan membantu sesama. Apakah pengunjung mau mabok kek, mau tripping kek, itu tanggung jawab masing2. Yang jelas, selama pembeli tiket sadar bahwa keuntungan dari tiket yang dibelinya akan digunakan untuk menyumbang mereka yang tidak mampu, itu aja udah cukup. Diluar itu, gw rasa udah bukan tanggung jawab penyelenggara.
@Siska
Memang gak bakal mudah jeng,kendala pasti ada. Tapi seberapa pun keuntungan yang didapat dari event tersebut, gw yakin yang menerimanya akan sangat terbantu. Dan itu yang utama. Gw bukannya mo sok2 spiritual or whatever, tapi gw percaya Tuhan akan membantu kalau emang tujuannya untuk kebaikan bersama. Soal di demo oleh whatever bullshit organization yang bawa2 nama moral, gw cuma mo bilang aja. Moral is overated. Sok2an bawa2 ini itu iat ngicuk, ujung2nya minta duit. Kalo sampai mereka berani2 nyerbu acara charity, nama organisasi mereka sendiri yang bakal kecoreng. Mereka kan pengennya jadi "good guys", "Pembela moral dan aqidah" katanya. Kalo sampai keexpose ke media, mo gimana mereka? Orang jualannya moral, kok ya sampai hati ngancurin usaha untuk ngebantu sesama? Disini bargaining point kita ke tukang palak2 itu.
@Silver_spoof
Quote
Posted by: silver_spoof
astaghfirullah.... dajjal dunia, fully sick mother.
Iya, sakit memang. Tapi secara dia idup ngegembel di jalanan Jakarta, memakan bayinya sendiri mungkin hal terwaras yang dia tau. Dia gak perduli sama nilai2/norma2/aturan2 lingkungannya, secara dia sendiri juga biasa gak dipeduliin. Dia mati pun mungkin gak ada orang yang perduli. Tapi ketika dia dicurigai memakan bayinya dan diekspose oleh media, tiba2 kita semua perduli. Tiba2 dia menjelma jadi "Sumanti" di media massa. Gw rasa justru kita semua yang udah gila. Orang musti makan bayinya, atau bangke neneknya kayak Sumanto, untuk diperduliin keadaannya. Bisa sampai masuk koran dan TV segala. Coba dia gak makan bayinya, apa ada orang yang bakal masukin dia ke RS Jiwa? Apa ada yang bakal perduli?
Tapi ketidak pedulian itu benernya wajar kok. Kita udah biasa idup di lingkungan yang apatis. Tiap hari kita liat gembel dan anak jalanan di mana2. Dekil, ngelem, siang malem minta2 di jalanan, makan dari keranjang sampah. Wajar kalo kita jadi numb sama yang kayak gini. gw sendiri juga kayak gitu kok. And i'm sick of myself for being like that. I'm sick of feeling powerless, unable to do something while deep inside I know I can do something about it. Maybe because i know for sure that there's not much I can do about it, if i'm doing it alone. But together we can do something about it. This is not some michael jackson's "heal the world" self campaign blah blahs. This is a plea to all of you. Please, i don't wanna be numb anymore. I want to be human again. Do you? Anyone?