Messages

support & hadir donk tentunya....

@gills : siap bro... minggu ini gue akan mampir ke trinity &mungkin sabtu siang menjelang sore kali ya biar bisa ngobrol banyak tentang ide yg gue punya sambil makan bebek & ngopi2 atau nge beer gitchu.... he3x...

pasti dateng donk chaaa....

enak abiss mix set elo bung bima.... ajarin gue donk...

dah jadiin aja di setiabudi one.... murmer & enak buat nengkri2 smbl ngupi2...

sabar ya ibu tya....
mudah2an mereka kembali ke jalan yang benar ya buuuu....

v2 kaleee tuh... dkt carrefour harmoni...

setuju bung bima & bung debon....!!!!
walaupun gw bukan dj & cuma penikmat music sejati tapi gue bisa ngerasain lah gimana kalo kita di begitukan sm orang... itu anak emang harus diajarin sopan santun...

^
^
waduh parah kelakuan tuh anak bro....!!!! ceburin aja ke laut merah...
di club mana bro...??? gak tau sopan santun kali tuh anak...

the mummy aja di setiabudi...

mudah2an bisa lebih bagus lagi dr sekarang, dlm artian bukan berarti yg sekarang gak bagus tapi alangkah baiknya yang sekarang udah bagus (menurut gue & gue yakin tmn2 lain jg setuju) bisa jauh lebih bagus lagi...
Go Pure...

jgn ucapin happy birthday dulu akh ke mbak nena, blm waktunya....
tapi semoga sukses utk acaranya....

bung bima, numpang ngisep yah...

@ angelo : gw rasa his new manager cuma gertak doang kali yah, dia cuma buka harga tinggi doang
tawar aja dgn kesepakatan harga yang lama ditambah lain2 dr kita (misal kita ajak pijit++ & makan kerak telor bareng2) kan disana gak ada tuh.... hehehehe...
tapi signal runners emang dgn harga yg pernah elo bilang menurut gue jg ketinggian sih, mending di negosiasi lagi deh...
ayo tetap semangat...!!!

^
^
full support apa nih maksudnya...??? bingung gue...

wuih.... mantabb bung berry...

kalo boleh sumbang saran nih abang gills...   
bikin indoor dulu aja tapi konsepnya agak aneh & sedikit gokiel kalo bisa, perpaduan antara murid2 DJ school yg bersangkutan & diselingi dg DJ senior yg udah makan asam garam di dunia per DJan (halah kaya cerita silat)...
bikin 2 stage (EDM & Hiphop) biar semua terwakili dan tiap stage kalo bisa dibikin 3 dj booth, llighting yg bagus & laser yang canggih.
jadi mereka maen back to back tp tdk dlm 1 booth tapi 3 dj booth sekaligus (tiap dj maen sktr 15-30 menit), so ada 1 dj booth utama (utk senior DJ sekaligus sebagai master/moderator) & 2 dj booth pendamping (utk murid dj school).
hehehe.... peace yaow kalo gw asal kasih usul nih abang gills... minggu ini dah gw mampir ke trinity kita ngobrol2 sambil makan bebek abah....   

billboardnya ada di jalan tambak (kalo dr arah pasar rumput menuju ke matraman), gede banget kok tuh billboard...
last rave party before fasting month....

@gills : kalo menurut gue sih sebaiknya jgn langsung rave deh kayanya, mending di salah satu club yang bisa nampung crowd masing DJ school yang pastinya tiap DJ scholl itu kan pasti udah punya crowd yang jelas khan...
anggep aja ini 1st project & kalo emang sukses bisa bikin lagi part 2 yang lebih mateng dr segi konsep & mau bikin semi rave atau rave sekalian juga OK. Undang DJ luar juga kalo perlu.
kalo 1st project sekarang utamakan murid2 dr DJ school yg bersangkutan & diselipin juga 1-2 orang DJ senior sebagai penyeimbang.
Sekedar sumbang saran aja sih dr gue yang newbie ini.... peace yaow...

gak mudeng gw chaaa...????

numpang sedot bung roy.... ntar baru dikomen....

pre partynya dah gokiel abiss, gimana acara puncaknya...??? pasti luar biasa mantabb....
sayang gak bisa dtg pre partynya, bentrok euyyy... tapi acara puncak dipastikan hadir lah....

duet maut dr mesir dateng....

eh ada fiona... semalem lanjut kemana??? jadi ke 30 gak???
@topic : no comment deh...

August Rush menceritakan seorang anak yang bernama Evan Taylor yang diperankan oleh "Freddie Highmore" di sebuah panti asuhan. Evan adalah pemain musik yang jenius, karena dari keturunan genetik orang tuanya. Dia selalu percaya bahwa kedua orang tuanya masih hidup. Walaupun banyak temannya yang berkata bahwa kedua orang tuanya telah tiada. Akhirnya, suatu hari anak ini kabur dari panti asuhan untuk mencari orang tuanya, dengan bantuan nada dan irama.

Setelah kabur dari panti asuhan, ia pun bertemu dengan seorang lelaki jalanan "Robin Williams" yang membantunya. Setelah pertemuan itu, nama Evan Taylor pun diganti menjadi August Rush. Namun, maksud dari laki-laki itu hanya untuk memanfaatkan bakat yang dimiliki oleh Evan untuk dijadikan pengamen jalanan. Hal ini membuat Evan berontak dan memutuskan kabur dari laki-laki tersebut.

Bakat Evan pun mulai terasah ketika dia di masukan ke dalam sekolah musik, "Juilliard School". Yang paling kocak, di sekolah dia bukannya belajar maupun ngerjain tugas yang diberikan. Melainkan membuat sebuah Rhapsody, yang kemudian akan dikenal dengan nama August Rhapsody. Hal ini pun akhirnya diketahui oleh Professor yang mengajarnya. Dan pada akhirnya, dibuatlah sebuah konser dengan August Rush sebagai composer dengan menampilkan August Rhapsody in C Major sebagai pertunjukan utama dari konser tersebut.

Yang gue suka, film ini diisi oleh alunan musik yang begitu merdu, mulai dari irama dentuman bola basket, permainan piano, duel gitar dengan Jonathan Rhys "Meyers", sampai dengan sebuah grand concert di Park Hall. Telinga kalian akan benar-benar dimanjakan disini. Walaupun secara notabene gw ga begitu suka ama yang namanya drama. Overall, I love this movie. Drama yang benar-benar mengharukan dan menyentuh hati.

Film ini menurut saya bener-bener sangat berbobot. Akting dari masing-masing pemain patut untuk di acungi jempol. Di film ini tidak terlalu banyak dialog, sehingga kebanyakan adegan diekspresikan dari mimik muka dan gerak tubuh. Hebatnya, mereka bisa menggambarkan karakternya dengan baik

Production Company: Warner Bros. Pictures
Director: Kirsten Sheridan
Cast: Freddie Highmore, Keri Russell, Jonathan Rhys Meyers, Terence Howard, Robin Williams
Rating: PG for some thematic elements, mild violence and mild language
By Gregg Tubbs

(UMC.org)—The song "American Pie" asked, "Can music save your mortal soul?" The new romantic drama August Rush rhapsodizes about the mysterious power of music. Does a subtle melody weave its way through nature? Is there a secret rhythm to the universe? Can music be a last refuge in times of trouble or the only way to express absolute joy? More specifically, it asks whether music has the power to draw a family together—over the years and great distance—and unite them even if they don't know they are a family? That's the hope of a young, musically gifted orphan who has never lost his faith that his parents are out there and that he can reach them with his song.

August Rush tells the story of a very special 11-year-old boy, Evan (Freddie Highmore), who is literally tuned into the music of the universe. He hears melody in the wind, the rain and the rustling of leaves. For Evan, music is universal, connecting everyone and everything. Orphaned at birth, Evan also hears something very personal in this universal symphony—his parents calling out to him, and through the music, he calls back to them. Despite teasing from the other boys at the orphanage, Evan believes with all his heart that his parents are out there waiting to find him.

Twelve years earlier, music brought together Lyla (Kerry Russell), a sheltered concert cellist, and Louis (Jonathan Rhys Meyers), a charismatic rocker. Beguiled by a street musician's haunting rendition of "Moondance," the two spend one unforgettable night of romance together before being forcefully separated by Lyla's domineering father (Will Patton) who prevents their promised reunion the next day. The mysterious connection severed, the two heartbroken lovers move on, but for them, the magic of the music is lost. Lyla, pregnant with their child, is forbidden by her father to try to contact Louis. Following an accident that almost claims Lyla's life, her father forges papers to have the baby delivered in the ER and given up immediately for adoption. Lyla believes her baby (Evan) died, and Louis is unaware he ever existed. How can such a family ever be reunited? That's where the power of music, faith and love work their magic.
Years later, Evan escapes from the orphanage to search for his family, and here the story borrows heavily from Dickens' "Oliver Twist." Evan hitchhikes to New York City and is taken in, hungry and cold, by a scruffy street musician called Wizard (Robin Williams). Like Fagin, Wizard runs a "family" of orphan boys who, rather than picking pockets, play music for money on the street. At first Wizard is awestruck by the boy's ability to quickly master any instrument, but gradually sees him as a meal ticket, a highly valuable possession. He gives Evan the fanciful name "August Rush" and begins aggressively promoting him as a musical act to local clubs. But tough choices lay ahead for Evan who feels he has found a home with Wizard and the other boys. Should he leave them to find his real parents? Can he still trust his faith that they are out there, or was he wrong about the music that seemed to connect him to them?

Although August Rush is not a musical in the strict sense, the music becomes a fourth lead character that links all the characters and literally appears in every scene. The film features a clever and eclectic score of original music that is used to great effect to show the emotional connection between the characters. Through the magic of cinema, we hear Louis's rock songs, Lyla's classical pieces and Evan's freeform guitar jams share themes, beautifully blending into one another and effortlessly harmonizing as if they've sprung from one heart.