Messages

ada dj anti-tobacco smoking nggak yaaaa .... ???

mudah2an akhirnya bakal ke K-7 juga...

bukannya yang bunyinya :

" tung turutung tung turutung..... I'VE GOT THE POWER !!......tung turutung tung.."   ?????

Sebetulnya bagi gw piracy agak bingungin juga,,,, soalnya kadang lagu yg didapat ada yg free download, trus nyebar deh kemana-mana.... khan yg kayak gt gak mungkin bajakan  toh, walaupun kita download dari limewire atau soulseek.. Apa yg kayak gitu masuk itungan mereka juga yah???

untuk negara2 yang sudah meratifikasi hak milik intelektual, P2P terhitung piracy, karena itu adalah penggandaan (meskipun hanya berupa digital) tanpa persetujuan yg punya rights.
Masalahnya sekarang adalah sistem dalam recording industry itu jauh ketinggalan dari teknologi yang sudah dipakai dimana2. Seharusnya recording companies menyesuaikan dg cara menjual per lagu dg harga yang murah dan proses yang mudah, jadi orang akan lebih memilih untuk membeli dengan kualitas digital yang bagus daripada illegal copy dg kualitas jelek.

waktu jaman heboh2nya dulu, pulang clubbing biasanya semua restaurants dan malls di jakarta udah buka, jadi pilihan tak terbatas  .. 

(biasanya) dari arah utara mampir ke plaza indonesia, beli kaos, cuci muka, mampir counter parfum sogo semprot2 biar nggak gitu bau, creambath di saerang atau fazio, terus makan sup dan brunch di bakerzin atau dimsum di courtyard. Lalu kalo EX nggak terlalu rame, diterusin ngopi di starbucks EX sambil neken lagi kalo masih ada sisa..   
(salahkan dj-nya tuh yang suka muter lagu kenceng di EX... masak di mall siang2 muternya "spirit", "till there was you", "pump it up", dll)

Sekarang jarang senakal dulu, pulang lebih pagi......tapi tetep dilanjutin di rumah ...   

kalo lagi clubbing yg nggak berlebihan (minum doang) sih palingan makan di menteng. Tapi Jeleknya clubbing macam gini bikin berat badan naik ! (secara alcohol dan nasi gila + sate !)

Coba saja hampir semua dj di jakarta tidak sekedar tukang ganti lagu, dan bener2 bisa create unique journey each time, tentunya kita tidak perlu 'supplemen'. hehhee...
(sorry, jadi nyalahin orang lain, padahal emang udah bakat  )

kalo di US atau europe, gw gak gitu berani free download. Pertama karena itu benar2 illegal, dan kedua karena musik2 itu pu toh bisa di beli dengan mudah.
Tapi secara kita di Indonesia, darimana lagi kita bisa dengar dan punya musik2 yang gak akan pernah dijual disini kalo nggak dengan cara peer-to-peer ?

(ok, gw ngaku: dari sekitar 13,000 lagu di ipod gw, mungkin sekitar 80% adalah hasil free download atau copy dari temen )

Tapi kalo untuk musik yang diproduksi dan didistribusi bebas di Indonesia, gw anti piracy.

iya, gw tahu silent rave.
sedih juga sih lihat Central Station jadi mengecil, padahal tahun 90an Central Station itu toko EDM terpenting di Australia.

kayaknya "not available in your country" lebih disebabkan karena Indonesia termasuk negara paling banyak sumber kejahatan/penipuan/pemalsuan credit cards.

Dan itu bukan hanya berlaku untuk pembelian songs/records. Coba aja beli barang dari Ebay atau Amazon pakai kartu kredit Indonesia, pasti gagal.

well, gw ngaku dulu kalo ke raves gw suka pake celana segede tenda,
di sydney di record shop "central station" di oxford street banyak jualan baju2 raves 'bagus2' ...   

but then again, rambut gw dulu biru metalik 

uplifting itu bisa bikin : seneng, euphoric, goyang

SELAMAT ULANG TAHUN, PAMAN GOBER !

Gw pengen jakarta's dance scene semakin memperbanyak/memperluas OPTIONS !

biar nggak bosennnnnnnn.........

rave biasanya bersifat "camaraderie", supporting by large facilities/venues to enable "ravers" to express themselves in such creative ways be it their choice of interesting (some might call them campy) outifts or their unusual, refreshing dance movements.

However, banyak juga raves yang jadinya seperti large gathering of young nazis with more or less uniform -albeit non-mainstream- outfits and dance styles.

terlalu banyak labelling ya ?

gw pertama kali ke rave di melbourne pertengahan 96.
Dan waktu itu gaya shuffle udah populer banget.
tapi kayaknya susah di Jakarta, secara perlu tempat luas (atau paling nggak pas crowd-nya lagi belum banyak) dan lantai datar (di melbourne kan rave biasanya di warehouses). Dan jenis musik yang banyak dimainin di jakarta juga nggak begitu menunjang.
Kalo di jakarta harus dimofikasi jadi "truncated shuffle" kali, biar nggak terlalu heboh dan mengganggu kanan kiri.

paling seru kalo liat yg shuffle sambil kombinasi dengan "backward cross jump". keren.

biasanya sih : venue - line up - event

tapi ya pastinya ada perkecualian. misalnya dj-nya favorit gw, venue dan event nggak penting (contoh : roger sanchez di heniken thirst).
Kadang juga Venue menjadi absolute, misal pas semua club lain udah pada tutup.... 

ini mah theme costume tergampang

strange....

pernah gitu di stadium ada ariting ting ting ?

mungkin dia masuk ke salah satu karaoke room yg penyewanya lebih suka setel ariting ting ting

gimana kalo pake taktik gw :

Senggol, Bacok !

Selamat Ulang Tahun !

untung lg pagi2 di warnet.
kagak di bungalow gw, yg tiap malem mati lampu (secara di p. weh - sabang)

Centro bukannya kekecilan buat event triple decker gini ?

*scratches head*

[SPEEDIN' COMET]

gw sama kayak pi, beli tiket terusan. pilot ija, buka dong jurusan :
SPEEDIN' COMET

once a cheesy song, forever a cheesy song.
tapi kl emang dr awalnya nggak cheesy, ya sampai kapan pun tetep nggak cheesy meski lalu jd komersil (kecuali di-remix trus jd cheesy).
menjadi membosankan, itu perkara lain.

menurut gw anthem ya KOMERSIL buat crowd di INDO... beda dengan disana2..

ah nggak juga. sama aja, banyak anthems 'disana2' yg komersil juga.