Loader
Menu

Show posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.

Show posts Menu

Messages - Discomfort

#351
Sampai saat ini (11.40 AM) belum ada juga reply dari perwakilan venue. Reply dari perwakilan label2/EO pun baru sedikit (terimakasih utk yg sudah mereply, deeply appreciated). Padahal yang membaca thread ini sudah mencapai 400 orang lebih (and counting, I guess). Bahkan petinggi2 Forum pun nampaknya enggan berkomentar (walau ada juga yang berprofesi / beberapa kali menjabat sebagai VJ di event2 tertentu)

FYI kita gak bermaksud menyidang atau menyudutkan kok, makanya saya posting disini sebenernya cuma ingin bertanya, sebenernya apa policy resmi dari venue2 di Indonesia secara umum, utk performance dari Visual Jockey. Saya juga tidak ingin apabila thread ini jadi thread yg berat sebelah, percuma ada forum kalau begitu, dan kita mencari solusi, bukan konflik.

Mohon maaf apabila ada kata2 yang tidak berkenan. Maklum, bebannya sudah lama kami tanggung , jadi kalau ada yang sedikit emosi (termasuk saya), kami  mohon kebesaran hatinya untuk dimaafkan.

Mari kita selesaikan secara damai untuk masa depan scene yg lebih baik..

Regards,

CSB
#352
@ bazzmore

O gitu ya, boleh2.. nanti saya sampaikan

@ m1d1d4t4

Ini udah brod, dikirim ke surat pembaca FACEBOOK ;)
#353
kalo dia via agency bikinnya ya salah agency nya sih ya kes? Tp kalo udh gini ya yg disue ya Kalbe nya, secara ini iklannya dia kan? Gw kurang tau sih, menurut lo?
#354
@Gibran

Gw menyarankan mereka ngontak stasiun tv dimana mereka menonton iklan tersebut. Kalau alasannya jelas gw yakin pasti akan dikasih copy nya si iklan tsb sih.. tp bagusnya kita gak generalisasi ini sebagai "mental orang Indonesia", kalau "mental korporasi Indonesia" gw setuju..  ;D

@ One Glove

Thx atas real support nya Brod, kalau udh dapet kasi tau gw aja ya? Atau kontak manajemen nya langsung juga boleh..  *bgs*
#356
Dari Message Inbox Di facebook, dikirim oleh manajemen Live P.A Group "Bottlesmoker" :

Ada yg pernah lihat iklan Cerebrovit yg baru? Commercial Song-nya memakai lagu Hello We Are Bottlesmoker.
FYI, pihak Kalbe ga pernah ngontak Manajemen kami untuk minta izin penggunaan lagu tersebut.
Kini kami butuh video bukti rekamannya untuk proses pengusutan. Kalau ada yang punya rekaman iklannya bisa upload di youtube / fb, nanti kami yg akan mengunduh.
Untuk teman2 yang kebetulan melihat iklannya sedang tayang di TV, kami minta tolong untuk rekam seadanya saja, pake media apapun. Itu akan sangat berarti untuk kami.

Terimakasih.
Bottlesmoker Management.


Sedikit info ttg "BOTTLEMOKER"

Bottlesmoker take a concept of bedroom music. Produce music in their own room, using custom toy equipment and keyboard to create a simple electronic sounds.
Mum, Manitoba, Tunng, The Album Leaf and Isan mostly has influence their music. Beside net label artist such as observatoryonline.org has become main influence and important example for them to create music. Through massive internet service, bottlesmoker has walking confidently on myspace world. Through myspace a method named SASE (self address send envelopes) was used by bottlesmoker to spread song materials for they listener for free, public may send their CD-Blank to bottlesmoker address and those CD will be resend virtually by bottlesmoker containing bottlesmoker songs complete with their sleeve cover.

With their room made music, no recording company that suits with their music concept. So, they still on their honest line of music share, like net label. On January 2008, finally bottlesmoker sign with net label from USA "probablyworse" records to release their "slow mo smile" album. This "slow mo smile" album contains new materials of bottlesmoker songs and public able to download it for free, simply by log on to www.bottlesmoker.probablyworse.com instead, "slow mo smile" album re-released by net label from Indonesia "shining" records, a net label under a same roof with "deathrockstar.info". That makes bottlesmoker "slow mo smile" album can be download for free at www.shiningrecords.com/bottlesmoker.

'Slow mo smile' a single taken from "slow mo smile" album, participate on "Sympathy For Indonesian Music Industry Volume 1" released by "oneloop" records, a net label from Bandung, Indonesia. And again, it can be download for free, just log on to www.oneloop.net. Single "before circus over" also participate on one free compilation album called "all is well when all is one". Bottlesmoker get a chance to remix a song for several bands, such as "phi" from Vincent Vega album, it can be download at www.vincentvegatheband.com, then Rock N Roll Mafia, extended remix for Polyester Embassy and also for many others free compilation project. On July and August 2008, newest song from bottlesmoker "walls" already participate on two net label compilation from Indonesia, "inmyroom" records (Jakarta, Indonesia net label) and "invasi" records (Bandung, Indonesia net label). On September 2008, Before Circus Over Album has already released by Neovynil, Spain (www.neovynil.org) And of course both of it can be download for free, again!. Enjoy another copyleft music!

General Manager:Yulius Iskandar - +62 8122385759, +6222 91350059
Booking Agent:Yulius Iskandar - +62 8122385759, +6222 91350059
http://www.myspace.com/bottlesmoker


#357
I envy you just to have the option!
#358
trus, perwakilan venue2 papan atas Jakarta mana nih? Gak mau komen, gak tau mo komen apa, apa emang gak perduli ya? eh maap... yg ada gw di BLACKLIST lagi.. ato jangan2 udah ya? hauhauuahuha.. bodo ah.. cuman heran aja sih gue, kayaknya yg posting di thread DJ RANA aja lebih rame deh.. kayaknya nyela2 orang emang lebih penting sih ya disini ketimbang nasib VJ2 Miskin.. hahuahuahu
#359
yahhh jangan idam idem idam idem doang kalii brodd.. heheheheh. Tulis aja apa, pengalaman perform kek, kritik buat sesama VJ, label, venue, DJ, apaan gitu? ada gak?
#360
Kalo batesannya sadar diri akan sangat2 sulit, karena kesadaran itu relatif, apalagi kalau yg seharusnya sadar itu gak sadar2 (pengsaannn ). Batesannya ya musti kongkrit. Jujur aja standarisasi harga ini adalah hal yang emang jadi masalah di semua elemen scene edm. Tapi ada sih yg bisa jadi ukuran (kalo mau). Ya itu tadi, jam terbang. Misalnya udh berapa kali perform (bisa pake system rating kayak di ravelex ini, 10 kali performance bintang 1, 50 kali perform bintang 2 etc etc) trus  special performance apa yg pernah dilakukan (6 hour set, 12 hour set, collaboration, ato mixing sambil makan beling misalnya). Trus review2 dari event2 yg melibatkan mereka gimana, review performance mereka gimana. Nah, kalo itu kan kongkrit gak? Saran aja sih ini..

Kayaknya udh waktunya gathering sih ini buat EDM performers.. semacem konferensi gitu.. gimans? ada yang bisa memfasilitasi? Ravelex misalnya?
#361
yah kes, ketaun ya kalo gw kanibal? Gak kok, sekarang gw vegetarian, makan pepes jembrewi doang..hahahahah

ya mangkanya kalau misalnya eventnya gitu2 aja sih jelas sponsor udah males duluan.. nilai jualnya apa? signifikansi nya apa sampe mereka harus keluar duit segambreng? Jelas2 kalah sama event2 yg sama tapi performer import..

Tapi coba kita (Label/EO, Venue, Performer lokal, sponsor) duduk bareng dan mengkonsep sama2..
Atau mungkin sponsor nya juga mau dicap gak mendukung scene lokal? Apa itu memberi kredibilitas yang baik buat brand nya? Emang ada ya brand yg mau dilihat sebagai brand yg mendukung imperialisme kebudayaan? Yang gak di dukung dan mendukung scene lokalnya sendiri? Gak toh...

Sebagai perbandingan, teater koma aja masih didukung kok sama sponsor, itu mungkin gak se hype DJ2 luar tadi, jelas2 ini mah lokal punya.. tapi kok mau ya? Itu tadi, contentnya eksklusif. Yg bisa bikin pertunjukan si Teater Koma ya dia sendiri, beda kalau bikinan orang laen.

Ini yang kurang di gali sama label2 sini, instead of ngembangin "event" secara keseluruhan, yang ditonjolin cuman talent2nya (baca: DJ) doang. Gak ada sinergi, kolaborasi, dramaturgi, yg ada basi, you see?

makanya deh, yuk duduk bareng.. obrolin bareng kita bikin sesuatu yg baru, yg fresh, daripada kongkalingkong di kolong nyolong nyolong bangkong..

mungkin ravelex bisa memfasilitasi ini?


#362
kalo yg nentuin dj itu sendiri, apa artinya yg punya duitnya mau bayar segitu? belum tentu kan? Ujung2nya ya standarisasi ini harus merupakan hasil dari negosiasi pihak2 yg terlibat.. tapi negosiasi gak mungkin juga kan  1 per 1 kan? nah ini lagi, siapa yg bisa merepresentasi? Kalo gak salah asosiasi club owner udh ada ya?... Mustinya ada asosisasinya sih ini, mo dj/vj.. musti bikin apa? Asal ujung2nya gak jadi mafia2an aja..
#363
eh btw nih ada standarisasi harga VJ luar.. cakep kalo udh kayak gini.. masang bumper doang udh jadi duit..

http://www.vjmedia.com/information.htm
#364
@Sin.AD

BUAT LO KALEE!! huhauha...

Eh, ni mana nih.. perwakilan venue gak ada yg komentar? Sape kek? GINI2 AJE NIH? MO MAJU KAGAK??
#365
btw kalo lo liat di thread "standarisasi Fee untuk DJ.. sudah saatnya kah?" kayaknya permasalahannya juga sama deh.. ni kalo ada special sticky thread utk recovery EDM scene kayaknya bagus sih, permasalahannya semakin kongkrit kan dari masing2 pihak?
#366
mending dibuka di forum kan, daripada kongkalingkong di belakang? Fair2an aja lahh..ntar juga majunya bareng kok.. ya kan?
#367
nah.. label2 juga kayaknya mentok di  budget.. kenapa sob? Sponsor gak turun? Coba di share..
#368
@bimzkee


Ya gitu deh, gak bisa nyalahin crowd mulu juga. Crowd yg dateng ya gimana venue nya sendiri.. kalo crowdnya norak, ya mungkin gara2 venuenya norak juga.. heran gue juga. Kok makin ke sini makin katro yah? Settingannya gak ada rubahnya dari jaman ali topan - catatan si boy - sampe sekarang...Gak ada ya yg niat bikin venue kayak Fabric ama The End di Inggris, Berghein & Panorama bar di berlin, Home di singapore etc.. yg fokusnya adalah performer2 yg punya usaha utk bikin breakthrough, yg gak melulu jualan GLITZ n GLAMOUR tapi FAKE.. cupu.. dress code sok ketat tapi contents nya minim.. orang kok kaya2 tapi norak.. hahahha.. kolekan aja apa kita2 bikin venue sendiri?

@all

kayaknya fenomena ini gak cuman di DJ aja deh, kalo lo liat thread ttg VJ di main talk, permasalahannya gak jauh beda..

lantas siapa sih sebenernya yg bikin standarisasi harga? Setau gw sih ya venue yg kayak gitu.. label sih ya ngikut2 aja..

Gak sih, gak berarti venue yg udah2 itu jelek apa gimana, cuman kan benernya pasar tuh macem2..  produk tuh macem2.. lah ini jualannya gitu gituuu aja mulu.. gimana gak basi? Kayak di daerah cilembu situ, 15-20 warung semuanya jualan peyeum, kentongan cabe, dan ubi cilembu.. ya kagak lakuu kaleee...

Masalahnya kalo udh gak laku yg diteken budgetnya ya performer, mo VJ kek DJ kek, label kek.. semua melarat dan gak laku akibatnya.. belum colong2an sharing profit yg jadi gak fair sama label.. gimana mau maju kalo begini?
#369
soal vj2 yg maen banting harga, ya silahkan aja sih.. mau jadi babu mulu juga gw sih gak rugi, lama2 juga gw yakin lo pada bega sendiri.. yg jelas hukumnya standar, sama kok.. mau di scene apa juga, mo vj kek, dj kek.. YOU PAY PEANUTS YOU GET MONKEY.. ya artinya yg pada banting2 harga itu, yg dikacangin aja mau dengan alasan "eksistensi" sambil ngorbanin scene nya.. sebagus2nya pasti outputnya juga beda lah dengan yg diniatin..
#370
gw juga suka bok dijilat.. aw!
#371
@indra 7

Model2 kayak label lo n anak2 sih gw masih ngerasa respect nya. Miting dari jauh2 hari diajak, bayaran ya sesuai aja, lo untung gw juga untung, fair lah. Kita juga enak jadinya..

@ all

Kalo kita liat di daerah, kondisinya lebih miris lagi.. Max dulu pernah cerita ama gue kalau di Bali, dibayar gope itu udah bagus.. trus di jogja, mas Anta & DoRaph cerita kalau disana ada sebuah venue yg established banget bayar vj cuman 750 buat BERDUA maen semaleman.. pernah di bayar sejuta, tapi itu ACARA TAUN BARU

parah kan?

@kc

Yah, idealnya sih emang gitu kes, visual sih seharusnya gak cuman di plasma doang, itu sama aja kalo dj nya maen outputnya cuman via monitor/active speaker doang.. enak emangnya ya? Balik lagi, ini masalah nya ya respect aja, katanya butuh, katanya elemen penting, out nya tapi ece2.. respek gak ada, fee gak seberapa.. begitu terang dikit.. EH VIJE..GEL GEL GEL GEL..GELAPIN DIKIT DONG AW

Ini emang masalahnya menyangkut ke mana2 kes, bohong kalau ada scene yg gak butuh duit.. semua scene yg jalan PASTI ada insentifnya, apa itu duit, respect, kepuasan or else. ini gak berarti kita melakukannya semata2 demi insentif aja.. we really do love to do this kok.. Tapi kalau insentif nya gak sebanding dengan effort yg dilakukan? Yo wes bubarr maning...

#372
Bentar lagi gw mo bikin OVM ah, Organisasi VJ Miskin... huahuahuah

Gini deh, kita bicara investasi dari sisi kita VJ2 aja dulu

Set standart kita at least memerlukan:

a. 1 laptop -> minimal 5 juta (ini buat laptop busuk model kyk punya gue ya.. kalo yg make mac book pro kita semua tau lah standartnya berapa harganya)
b. Mixer -> edirol v4 sekarang standartnya 5 juta SECOND HAND, kalo sewa di rental Rp. 800 ribu
c. VGA Converter -> range dari 500 ribu sampe 1 jutaan. Yg gw pake sih Rp. 800.000
d. Kabel2 -> per 1 meter kabel RCA 40 / 50 rebu, gw selalu bawa kabel minimal 50 meter ( total, satuannya 5 meter / 10 meter)
e. Handycam -> gw punya 5 juta SECOND HAND, baru? Bisa sampe 8 - 10 juta
f. Screen / stryrofoam -> per panel berapa tuh mo styrofoam? Murah sih, tapi masang2nya asli pe er..Kalo screen khusus projector mah harga rentalnya aja bisa 1 juta sama stagernya

g. Footages / Bumper -> harga standart broadcast bumper durasi 10 second buat tv sih Rp. 10.000.000, tapi kalau buat event kita juga gak pernah ngecharge segitu (baik ya? hahhah), yang ada selalu kita masukin dalam paket kita FOR FREE!!! (padahal bikinnya bisa seharian, inget, BIKIN loh)
h. Desktop utk editing di rumah -> Ini gak semua org pake, dan kalo gue sih beli ini karena bisa dipake buat kerjaan yg laen yg lebih worth it. Gw punya waktu gw bangun dulu Rp 13.000.000

nah, totil totils brapa tuh bok? Lumayan kan investasinya? Nah sekarang coba dipikir dengan akal sehat. WAJAR gak sih kalo kita nge charge at least 3 juta per event? Dan bayangin gimana gak enaknya ketika hal2 seperti yang dibilang DAZED di atas kejadian.. kadang2 gw ngerasa, "nih orang2 kayak gini emang belum pernah ngerasain susah kali ya?".. kenapa? Lah kok ngegampangin  bgt kayaknya.

jujur aja, udh ada sebagian dari kita yang berpikir utk "menggantungkan sarung tinju" dan memilih utk kerja yg laen aja lah.. yang ngasilin dan clientnya bisa ngehargain.

Dan itu termasuk gue..
#373
@djzilch

hmm.. walaupun gw bukan dj, but IMHO, blaming the new technology and the new generation, at least for me, is a somewhat regresive act..

"jaman gue dulu, jaman oom gue dulu, jaman kakek gue.."

man, we live here and now. These "kiddie DJ's" live here and now. Not back then. So what if people used mp3 these days? Does that means they're not entertaining?  Yg gw tau, yg penting jadi dj bukannya tehnik ini itu dan alat yg dipakainya ONLY. Isn't what comes out of the speakers and into our hearts through our ears that matters? Crappy dj's that used TT also exist you know.. so I don't think that the "art" would died because of these technology. Technology are created to better our life, although it can also make things worst, but it depends on the person who used it. It depends on HOW they use it, essentially. So I agree with you.. they just have to be EXTREMELY GOOD at whatever they're doing. No matter what they use.

Dan bukankah ketika permasalahan teknis seperti beatmatching etc sudah tidak menjadi masalah, dj "masa kini" ini jadi punya kesempatan untuk ngulik hal2 yang dulunya tidak mungkin? Who knows? Why don't we find out instead of blaming those who tried? Emang semua org MUSTI gitu ya punya plat dan TT.. huahuahu..mahal booook...

Soal mereka akhirnya jadi maen gratisan, gw rasa bukan mereka yg brengsek (siapa sih yg mau maen gratis? emang enak? Emang nyari2 track di net itu gampang? Dan apakah kalo donlod lagu dari net itu slalu artinya ngerip? pfft :) lets not generalize ). Lantas siapa yg brengsek? Ya yg gak mau bayar seharusnya kaliiiiiiii....  tuh.. org2 yg narik2 dj2 baru, yang maksa2 maen gratis dengan janji akan diorbitin, sharing profit, etc etc.. blame them! Blame venue2 dan EO yg rakus dan oportunis. Instead of creating a better scene, they turn it into a cheap, blatant product! FYI ini gak kejadian di scene DJ aja kok, it happens everywhere. DJ's, VJ's, MC's, semua.. it happens on every aspect of the scene.. why?

Because it sells..  and thus "they" profit..

#374
oh ya, sebagai sumber inspirasi juga buat temen2


#375
oke, to spice up the topic a bit.. kayaknya musti gue jelasin kenapa sampe gw nanya gini.. Seperti yang temen2 mungkin tau, scene VJ di Indonesia tuh cukup akrab,  saling kenal dan cukup sering tuker2an pengalaman maen di event2 party maupun non party. Jadi kalau ada kejadian yang gak enak dialami oleh satu orang, VJ seindonesia ( ya gak seindonesia bgt sih, tapi setidaknya perwakilan2 di kota2 besar di Indonesia spt Bandung, Jakarta, Jogja, Surabaya, Bali, Palembang, Medan, Makassar ) bisa tau semua.

Dari hasil kongkow2 kita, baik di net maupun realtime, ada beberapa kesimpulan yg bisa kita tarik tentang fenomena appresiasi dari client2 kita, yakni sebagai berikut:

1. EO dan Venues sekarang cenderung mematok harga yang tidak reasonable buat VJ.

Bayangkan, utk seorang VJ (atau grup, sama saja, gak ada bedanya buat EO dan Venue), fee performance 1 event ( perform dari awal sampe akhir yang durasinya kurang lebih bisa sampai 6 jam, alat bawa sendiri, plus footages, plus bumper eventnya, plus bumper nama2 DJ nya yang semuanya buat sendiri), bayarannya bisa sampai serendah RP. 500 RIBU SAJA (bahkan seringkali di bawah itu). Bandingkan dengan DJ yang platnya beli (itu kalau beli, kalau lagu hasil download aja costnya bisa ditekan lagi), alatnya sudah disiapkan di venue (paling banter bawa laptop dan soundcard / mixer.. sebawa2 nya tetep aja soundsystem udh ada kan di venue?), dan durasi main maximal 6 jam ( tapi standartnya gak selama itu juga sih, ya gak?). FYI, ini tidak hanya berlaku buat EO dan venue kecil ( honestly, kita cukup toleran dan mau kok main sharing profit, apalagi kalo labelnya kita tau gak ada sponsor dan seret modal, tapi kita suka konsep dan spiritnya) tapi bahkan EO gede dan Venue yg omset semalemnya aja bisa ratusan juta juga melakukan hal yg sama. Seakan2 ketika kita melakukan effort yg lebih dari standart, gak ada apresiasinya. Yg gw maksud adalah, gak ridho kalo sampe harus bayar VJ dengan bener, sesuai dengan effortnya. Gw harap sih ini kehawatiran aja, tapi jangan2 ada benernya juga. Kenapa? Label dan Venue ini benernya bisa dan mampu kok, tapi kok kayak yg gengsi ya ngebayar kita dengan seharusnya?

2. VJ seringkali tidak dilibatkan dalam concepting dari set visual yang akan dia mainkan di event yang bersangkutan.

Ini mungkin miskonsepsi tentang pengertian VJ dari label dan venue2 pada umumnya. Ada perbedaan yang signifikan antara DJ dan VJ. Bukan bermaksud nyombong sih, sumpah loh. Cuman udh jadi kebiasaan buat para VJ2 untuk ngeset sendiri visual setup di event dimana mereka akan perform. Some DJ's juga gitu (ngeset soundnya sendiri pada saat soundcheck ) gw rasa, tapi dari yang gw liat, banyak juga yg enggak (CMIIW ya). Pada akhirnya, setting sendiri ini seringkali di eliminir oleh label dan venue2 utk menghemat budget produksi. Padahal, bagi VJ ini penting. Kenapa? Disini bedanya VJ serius dan hobbyist. VJ yang cukup serius akan care pada output akhir nya, sedemikian pedulinya sampai jenis proyektor, lumens, jarak tembak, footage, instalasi, alat yg dipakai,  media yang ditembak oleh proyektor , merek LED ( dan rental mana yang menyewakannya) sampai teknik permainan merupakan faktor2 yang mempengaruhi output dari VJ tersebut, impactnya adalah karakter  dari si VJ nya jadi keluar di karyanya. Kita pingin pingin pingin pingin banget loh, kalo event dimana kita maen itu merupakan sebuah kolaborasi dari semua elemen yg ada, be it DJ, VJ, Lighting, Sound Engineer, Art / Decor / set builder, etc yang kemudian dikemas dan terikat oleh sebuah tema / konsep.

Sebagai contoh coba lihat klip dari kolaborasi chemical brothers dengan UVA (United Visual Artist) di bawah ini:



Keren kan? Disini keliatan yang perform gak cuman si chemical brothers aja, tp juga UVA nya. Dan ini, gw yakin ini pake latihan, serta yang lebih penting NGONSEPINNYA BARENG!

Tapi yang kita hadapi disini, seringkali tuntutan dari venue dan label utk main instant atau "plug and play" saja, dengan alasan kemudahan dan batasan2 budget. Seringkali pula di event2 besar, kita harus berhadapan dengan orang2 rental alat dan content creation yg dipilih oleh sponsor / agency.  Bagus kalau orangnya asik, gw pernah ketemu dengan content creator yg merangkap orang rental alat, tapi kayaknya dia takut kalo kita2 bakal ngehijack clientnya dia, walhasil gw dan temen2 banyak dikerjain ama dia, dari footages yg mendadak suruh bikin ( padahal dia awalnya bilang semua footage sponsor dia yg bakal kerjain), job des yg dioper2 ( awalnya bumper event dia bilang semua keluar dari dia, ujung2nya musti gue yang operate juga), sampe alat yang gak dijagain /  ditinggal2 ( padahal main switcher dari visual semua ada di alat itu, walhasil output gak keluar sesuai dengan apa yang kita mau, dan screen sempet blank beberapa detik pada saat main performer beraksi). Pokoknya basi lah. In short, ini semua bisa dihindari kalau dari awal kita juga di treat sebagai performer, bukan cuman operator bumper iklan aja.

Gw sebenernya masih ada beberapa point lg yang pengen gw sebutin, but I'll leave space for other vj's to tell their stories too..

mohon maaf kalo ada kata2 yg gak enak. Asli, gw post ini cuman utk kebaikan kita semua kok. Biar scene nya maju, gak kalah ama performer2 luar toh?

Peace out!!


CSB