Loader

Standarisasi Fee untuk DJ... Sudah saatnya kah?

Started by Gober, 06/05/09, 14:10

Previous topic - Next topic
Gua mengamati perkembangan harga DJ dari tahun ke tahun segitu2 aja ya. Dengan kenaikan inflasi dan lain lain kayaknya makin lama makin turun. Dulu ada DJ lokal yang bisa matok harga sampai 15 jt dalam kota, sekarang rata2 "cuman" 10. Dan banyak juga DJ kita yang sudah bisa dibilang senior, masih main dengan bayaran 1 - 2 juta aja, padahal dia seharusnya bisa dibayar 3 juta.

Diluar seorang profesi DJ diakui secara hukum, sehingga mendapatkan fee minimum. Melihat industri yang sudah sangat besar seperti sekarang, apakah kita perlu hal seperti ini?
One cigarette costs 2 minutes of your life. One bottle of beer costs 4 minutes of your life. One working day costs 8 hours of your life.

Ravelex.net - Administrator
Email : Admin[at]rvlx.net
Phone : 021-9996-7859 (office hour)
fax.: 021-7

Kyk nya perlu deh. Tapi apa bisa semua DJ bisa kompak tanpa banting bantingan harga?

Kadang jadi buah simalakama sih kalo utk urusan fee. Mau beli putus (even itu temen sendiri) tapi kadang kepentok di duit / sponsor. Mau terus2an profit sharing juga ga enak. Iya kalo pas kebetulan sharingnya lagi gede. Kalo pas dapetnya kecil? Blom lagi berurusan dgn club2 yg suka rip off utk masalah duit. Cape deh cyn..

iya neh, susah jg.. kadang2 kita udh kasih harga kita, malah di bandingin ama dj laen? "masa sehh segitu, mahal amat, DJ A aja cm segini ".... capeee de..... :(
Shissy Bvlgary
BB Pin : 28c02366
www.twitter.com/shissybvlgary
www.bvlgarymanagement.com

Paman tuh kalo bikin topic emang  *bgs* *bgs* *bgs*

Menurut gw sih perlu yah....tapi bingung nentuin standarisasinya

Karena menurut gw dj itu suatu seni yang ga bisa dibandingkan antara satu dan lainnya

Dan makin kemari makin banyak juga dj yang keren dan berbakat

Dan yang senior juga jam terbangnya makin bertambah tinggi sehingga kualitasnya makin bagus

Bahkan ga jarang ada juga dj baru yang skill dan kemampuannya bisa menyaingi para seniornya

Namun....tak jarang ada oknum2 yang menghancurkan harga dari para seniman2 berbakat ini

Kalo memang bisa dibikin standarisasi sih.....support pastinya

Quote from: 7 on 06/05/09, 14:48
Kadang jadi buah simalakama sih kalo utk urusan fee. Mau beli putus (even itu temen sendiri) tapi kadang kepentok di duit / sponsor. Mau terus2an profit sharing juga ga enak. Iya kalo pas kebetulan sharingnya lagi gede. Kalo pas dapetnya kecil? Blom lagi berurusan dgn club2 yg suka rip off utk masalah duit. Cape deh cyn..

brod alangkah baiknya jika main di event temen menggunakan system syariah pembayarannya, di bayar putus cuma seadaanya maksudnya..

NB: curcol, jamannnya bernaung di sebuah eo dulu gw cuma merasakan beli putus itu 3 kali, pertama di bayar pake plat sm odot, yang kedua ke tiga ngga lebih dari angka 1jt..hikshikshiks
For every Skrillex, there is a J:Kenzo

www.soundcloud.com/dedosixteen

Sebenernya gampang sih bikin standarisasi. Contoh aja tuh anak2 band. Mereka tiap tahun pasti ada penyesuaian tarif, dan tetep laku2 aja ditanggep. Kita kenapa agak susah nentuin tarif? Karena faktor tadi...suka susah ngebedain "mana temen" dan "mana bisnis". Kalo 2 hal itu udah bisa diterapin, gue yakin bisa survive dgn hidup sbg DJ. Belajar saling menghargai aja dulu. Yg laen pasti akan ikut dengan sendirinya

Quote from: 7 on 06/05/09, 14:56
Sebenernya gampang sih bikin standarisasi. Contoh aja tuh anak2 band. Mereka tiap tahun pasti ada penyesuaian tarif, dan tetep laku2 aja ditanggep. Kita kenapa agak susah nentuin tarif? Karena faktor tadi...suka susah ngebedain "mana temen" dan "mana bisnis". Kalo 2 hal itu udah bisa diterapin, gue yakin bisa survive dgn hidup sbg DJ. Belajar saling menghargai aja dulu. Yg laen pasti akan ikut dengan sendirinya

Sabiiiiii....
Kadang sama temen emang ga enakan kita sob...apalagi yang dah kenal deket banget
Hal ini juga bisa berlaku bila behubungan dengan media, karena pertimbangan promosi dan lainnya
Tapi biarlah itu menjadi rahasia kalian aja bukan, beda urusannya dengan komersialitas
Kalo emang untuk event gede dan ada sponsor, kenapa kita ga bisa nentuin harga sesuai standar yang kira2 sesuai dengan kemampuan kita sebagai dj
DJ makin tinggi standarisasinya itu diukur dari mana? Jam terbangkah? Labelnya kah? Udah produce lagukah? Skillnya kah? atau yang lainnya?
Karena belum tentu yang jam terbang tinggi skillnya bagus, dan bisa juga yang udah produce track yang ajib2 tapi ternyata ga punya label...etc
Makin ribet yah brooooooo

Quote from: 7 on 06/05/09, 14:56
Sebenernya gampang sih bikin standarisasi. Contoh aja tuh anak2 band. Mereka tiap tahun pasti ada penyesuaian tarif, dan tetep laku2 aja ditanggep. Kita kenapa agak susah nentuin tarif? Karena faktor tadi...suka susah ngebedain "mana temen" dan "mana bisnis". Kalo 2 hal itu udah bisa diterapin, gue yakin bisa survive dgn hidup sbg DJ. Belajar saling menghargai aja dulu. Yg laen pasti akan ikut dengan sendirinya

Agree w/ 7, emng bner hrs diterapin kyk gitu, apreciated each other.. Adanya DJ/producer kan sebuah salahsatu bentuk dari apresiasi hasil karya seni, kesadaran jg buat si talentnya, klo emng dia udah merasa worth it antara skill dan rate yg dia tawarin, knp ngga ?? toh intinya BAND ama EDM sama2 musik dalam Entertainment, seharusnya system prosedur penjualannya sama, tapi faktanya beda :(

Quote from: Gober on 06/05/09, 14:10
Gua mengamati perkembangan harga DJ dari tahun ke tahun segitu2 aja ya. Dengan kenaikan inflasi dan lain lain kayaknya makin lama makin turun. Dulu ada DJ lokal yang bisa matok harga sampai 15 jt dalam kota, sekarang rata2 "cuman" 10. Dan banyak juga DJ kita yang sudah bisa dibilang senior, masih main dengan bayaran 1 - 2 juta aja, padahal dia seharusnya bisa dibayar 3 juta.

Diluar seorang profesi DJ diakui secara hukum, sehingga mendapatkan fee minimum. Melihat industri yang sudah sangat besar seperti sekarang, apakah kita perlu hal seperti ini?
ada pertimbangan lain juga dalam menentukan fee DJ,,,,,, seperti kapasitas venue/club. kan gak adil juga kalo venuenya kecil trus kita charge fee yang tinggi,,, ya gak? intinya ada "range" yang fleksibel.
"One Good Thing About Music, When It Hits You Feel NO PAIN"

Ini yg gw dan temen2 yg laen pelajari di scene VJ:

Kalau mau ada standarisasi harga, musti ada standarisasi skill..


Anarchy. Now

good topic.

Memang jaman sekarang makin banyak DJ, karena fasilitas memungkinkan untuk jadi DJ lebih gampang

jaman dulu waktu gue baru mulai, CDJ belum di standarin, jadi either u play vinyl or you dont play...
this era is, in my opinion, a lot better than today because:

DJ's back then were REAL DJ's who spin records and spend so much time and effort in collecting these records!
personally gue dulu bangun pegi2 setiap hari senin and selasa di sydney, soalnya FRESH ARRIVAL OF VINYL
comes at those days, i wanted to be the first who browse through the new arrivals and buy the best stuffs...
This was the CORE of DJING back then, the performance on the decks was just as important as the time and effort you put PREPARING THE TUNES

intinya, jaman dulu waktu VINYLS and TECHNICS were the bread and butter of the ART of DJing, things were better, DJs were Dedicated artists who put some time and effort in CRAFTING their performances



These days anyone can just buy a cheap CDJ's, or buy SERATO, or even download ABLETON for free
from the internet and then RIPPING MP3's off the internet
basically these days anyone with a computer can be a DJ, the art is slowly gone...

Jaman sekarang, too many little kids act COOL and got the "HEY! IM A DJ! IM SO COOL" mentality
sedangkan mereka dont even  know how to CUE a ReCORd on a turntable! ITS SHOCKING!


jadi intinya, jaman sekarang its TOO EASY to be a dj

resulting --> too many little kids offering to play for free

promoters are money hungry people too, mereka mikir "HEY kalo gue bisa isi slot timenya gratis
why bother pay for it?"   makanya GLOBALLY, Even in australia, DJ's were getting less and less money for their gigs


SO.... is it still possible to earn your income SOLELY from DJING?

to be honest its HARD, most of the DJ's i know work a daytime job too, unless your PVD or Armin of course!

The only way to be a successful and well paid dj these days is to be EXTREMELY GOOD at it
(contohnya: EDDIE HALLIWELL, ada yang pernah liat dia manggung gak? OMFG!!!! THIS GUY IS INSANE ON THE DECKS!!!  Or... JAMES ZABIELA... insane SKILLS!)

or... you can try to become a PRODUCER other than just a DJ, coz it certainly HELPS carry your name in the scene

contoh: kalo elo produce a track good enough and be played by armin van buuren in his A STATE OF TRANCE
sets, THATS IT, YOUR NAME WILL BOOM in minutes!


Ini memang topik yang kontroversial, tapi its true
intinya:  keep on crafting your skills, only with the proper skills that you can demand more payment from the promoters,  kita harus ada mentalitas gengsi,  contohnya: promoter mau ngebook elo as a dj, tapi dia
refuse to pay us a good money for our well earnt effort
what do we do? well we show the promoter how much we're worth and DONT BE AFRAID TO SAY NO
to the gigs, emang agak gila sih, tapi if you're really good, 99 percent of the time they will still book you!

DJ Zilch: Progressive/Trance /Techno /HARDSTYLE!
MY Blog: http://zilchified.blogspot.com
official site: www.djzilch.com


facebook:
www.facebook.com/ivan.zilch

^
^
^
|
|
Nice Comment brotha... Couldn't say more about it...
100% Agree
Do you crave hard electronic basslines ???
Does your heart beat at more than 140bpm ???
Do you feel the need to shuffle when hard style beats and kicks begin to pump through your ears and almost rupture your ear drums ???

mungkin soal fee dj ini juga berkaitan dengan perkembangan scenenya ini sendiri.. kemaren pas di redma gue baru ngobrol2 sama one of the senior djs and respected one lah di jakarta... but he's giving up now...

why?

industrinya sendiri udah susah berkembang... apalagi untuk dj2 yang memang idealisme nya tinggi... di satu sisi... sang dj idealismenya tinggi banget dalam hal musikalitas dan concept... (4 instance Underground) tetapi dr sisi lain (venue) susah untuk mengakomodir karena ada anggapan/persepsi di awal bahwa ujungnya concept tadi tidak mendatangkan revenue yang bagus

mungkin solusinya.. selain memang harus ada sebuah standarisasi dalam fee dj, harus juga ada sebuah penyeimbang standarisasi itu, for example katakanlah, pendewasaan crowd ataupun standarisasi skill

susah kalo hanya sebuah standarisasi berdiri sendiri tanpa didukung oleh elemen pendukung lainnya...

pendewasaan crowd yg bagaimana?

pendewasan crowd mungkin sesuatu yg jadi PR kita semua... emang gak gampang dan takes time banget menurut gue pribadi...

selain pendewasaan crowd, ada juga bentuk pendukung sih menurut gue.. contoh lainnya adalah.. standarisasi skill

Ok seorang artist ingin di standarisasi dalam hal fee nya, tapi sebagai penyeimbangnya.. tentunya si DJ tadi pun harus melewati sebuah proses standarisasi skill...

skill disini pun macem2 dan harus dinilai secara objektif menurut gue... contoh...
- basic skill.. (mixing, programming, dll)
- musicality skill (taste berperan penting disini)
- advance skill (crowd interaction, sounds enhancements, dll)
- dan lain2...

jadi menurut gue belum tentu dancefloor filler itu bagus... (bisa aja dia menjadi dancefloor filler karena request dr crowd diputerin terus semaleman) which is gak ngedidik juga...

ok dia good in producing tracks.. tapi apakah dia bisa menjadi seorang entertainer sejati? yang memenuhi standarisasi di atas sehingga dia bisa mendapatkan sebuah standarisasi fee yg di harapkan? belum tentu... (trust me there are living proofs for this one guys... hehehe)

itu tadi cuman 2 contoh elemen pendukung standarisasi DJs fee menurut gue.. dan kalo mau digali lagi bisa jadi satu makalah kali ya? hahahaha

so menurut gue... standarisasi ini harus dijalankan bukan hanya dr sisi fee aja.. tapi dari segi2 lainnya juga yang menurut gue hal ini menuntut keterlibatan banyak pihak yang terkait di dalam industri ini seperti artist management, music labels, media, government, sponsors, clubs, dan yang pastinya.. the people itself...

kalau soal bentuk penilaian / standarisasinya seperti apa dan bagaimana pelaksanaanya.. honestly gue pun bingung, tapi why dont we start to formulate that, ya gak?

so, yg jadi pertanyaan skrg.. who's gonna initiate this standardization? and how?
kalo mau kita seriusin.. lets talk.. for the sake of Indonesian EDM development... gue mau kok terlibat hehehe

kalau emang industrinya mau maju... this is the time menurut gue...

cheers  ;)

My Mixtape on DEMOSTATION
Infinite Numbness Vol 03 and Vol 04
Click 2 Download

^
^
^
Yuuk.. Seminar yiuukk..
@live_giovanni

06/05/09, 23:20 #15 Last Edit: 06/05/09, 23:42 by Discomfort
@djzilch

hmm.. walaupun gw bukan dj, but IMHO, blaming the new technology and the new generation, at least for me, is a somewhat regresive act..

"jaman gue dulu, jaman oom gue dulu, jaman kakek gue.."

man, we live here and now. These "kiddie DJ's" live here and now. Not back then. So what if people used mp3 these days? Does that means they're not entertaining?  Yg gw tau, yg penting jadi dj bukannya tehnik ini itu dan alat yg dipakainya ONLY. Isn't what comes out of the speakers and into our hearts through our ears that matters? Crappy dj's that used TT also exist you know.. so I don't think that the "art" would died because of these technology. Technology are created to better our life, although it can also make things worst, but it depends on the person who used it. It depends on HOW they use it, essentially. So I agree with you.. they just have to be EXTREMELY GOOD at whatever they're doing. No matter what they use.

Dan bukankah ketika permasalahan teknis seperti beatmatching etc sudah tidak menjadi masalah, dj "masa kini" ini jadi punya kesempatan untuk ngulik hal2 yang dulunya tidak mungkin? Who knows? Why don't we find out instead of blaming those who tried? Emang semua org MUSTI gitu ya punya plat dan TT.. huahuahu..mahal booook...

Soal mereka akhirnya jadi maen gratisan, gw rasa bukan mereka yg brengsek (siapa sih yg mau maen gratis? emang enak? Emang nyari2 track di net itu gampang? Dan apakah kalo donlod lagu dari net itu slalu artinya ngerip? pfft :) lets not generalize ). Lantas siapa yg brengsek? Ya yg gak mau bayar seharusnya kaliiiiiiii....  tuh.. org2 yg narik2 dj2 baru, yang maksa2 maen gratis dengan janji akan diorbitin, sharing profit, etc etc.. blame them! Blame venue2 dan EO yg rakus dan oportunis. Instead of creating a better scene, they turn it into a cheap, blatant product! FYI ini gak kejadian di scene DJ aja kok, it happens everywhere. DJ's, VJ's, MC's, semua.. it happens on every aspect of the scene.. why?

Because it sells..  and thus "they" profit..

Anarchy. Now

To Much Problems to Solve with it. Do Not Blame anythings or anyone, but try find a way how to solve this problems.

hukum ekonomi yang sangat mendasar berlaku di sini.... banyaknya jumlah DJ tidak sebanding dengan jumlah venue, promotor bahkan crowd.

at the end, survival of the fittests. yang masuk kategori fit cuma dua: (1) mereka yang "melacurkan dirinya" dengan menurunkan published rate/fee; (2) mereka yang memang berkualitas dan konsisten dengan apa yang sudah mereka lakukan.

standarisasi fee adalah hal yang kompleks karena menyangkut banyak pihak. selama masih banyak yang "melacurkan diri", ya jangan harap average fee akan membaik. ;-)

stop whining, it won’t solve the problem of lack of confidence—it will make it far worse.

Quote from: negative on 07/05/09, 00:34

standarisasi fee adalah hal yang kompleks karena menyangkut banyak pihak. selama masih banyak yang "melacurkan diri", ya jangan harap average fee akan membaik. ;-)


yep..said and done...mudah2an yg ngerasa suka melacurkan diri bisa sadar diri dan berubah...
si bayu...

ada baiknya introspeksi diri, apakah kita sudah pantas mendapatkan fee senilai yang kita mau? ingat bahwa promotor/club punya aturan "pay peanuts you get monkeys", lho. :-)

setelah menetapkan published rate/fee yang diharapkan dan menemui kendala (i.e. gak ada club/promotor yang sanggup bayar), ya harap menunggu dengan sabar sampe ada club/promotor yang sanggup kalau gak bisa sabar ganti profesi aja... :p

duh, kalo aja gak ada FPI atau UU ttg. pornografi, gue yakin pasti ada puluhan Naked DJane. hahahaha...



dem, why so serieus?
*tendang @CsB*

Quote from: Discomfort on 06/05/09, 23:20
@djzilch

hmm.. walaupun gw bukan dj, but IMHO, blaming the new technology and the new generation, at least for me, is a somewhat regresive act..

"jaman gue dulu, jaman oom gue dulu, jaman kakek gue.."

man, we live here and now. These "kiddie DJ's" live here and now. Not back then. So what if people used mp3 these days? Does that means they're not entertaining?  Yg gw tau, yg penting jadi dj bukannya tehnik ini itu dan alat yg dipakainya ONLY. Isn't what comes out of the speakers and into our hearts through our ears that matters? Crappy dj's that used TT also exist you know.. so I don't think that the "art" would died because of these technology. Technology are created to better our life, although it can also make things worst, but it depends on the person who used it. It depends on HOW they use it, essentially. So I agree with you.. they just have to be EXTREMELY GOOD at whatever they're doing. No matter what they use.

Dan bukankah ketika permasalahan teknis seperti beatmatching etc sudah tidak menjadi masalah, dj "masa kini" ini jadi punya kesempatan untuk ngulik hal2 yang dulunya tidak mungkin? Who knows? Why don't we find out instead of blaming those who tried? Emang semua org MUSTI gitu ya punya plat dan TT.. huahuahu..mahal booook...

Soal mereka akhirnya jadi maen gratisan, gw rasa bukan mereka yg brengsek (siapa sih yg mau maen gratis? emang enak? Emang nyari2 track di net itu gampang? Dan apakah kalo donlod lagu dari net itu slalu artinya ngerip? pfft :) lets not generalize ). Lantas siapa yg brengsek? Ya yg gak mau bayar seharusnya kaliiiiiiii....  tuh.. org2 yg narik2 dj2 baru, yang maksa2 maen gratis dengan janji akan diorbitin, sharing profit, etc etc.. blame them! Blame venue2 dan EO yg rakus dan oportunis. Instead of creating a better scene, they turn it into a cheap, blatant product! FYI ini gak kejadian di scene DJ aja kok, it happens everywhere. DJ's, VJ's, MC's, semua.. it happens on every aspect of the scene.. why?

Because it sells..  and thus "they" profit..



you probably misunderstood what i said.

I didnt blame the technology, i blame the PEOPLE who were ABUSING them

and i also blame the mentality of a lot of the newer djs who arent in it because they have a passion for it, some people become a dj for all the wrong reasons~ you should be in it primarily for the music aniways!

at the end if you're really good at what you're doing (whatever you use), you shouldnt have any problem getting more money from the promoter, coz if you're worth it (and if ur the guy bringing all the people in) theres no reason why they dont want you around

oh, and having a fanbase helps~  do what you gotta do, spawn friends on myspace and facebook, burn good looking mix CDs and give them to everyone you see etc, A DJ is a marketable thing u know? if you push your own name around hard, to the point that everyone knows your name and your work, then  promoters tend to bow down to you more

so yeah, rather than waste time whining about a never ending topic, lets all go back to our decks and practice those killer moves~ it will do us a lot better in the future
DJ Zilch: Progressive/Trance /Techno /HARDSTYLE!
MY Blog: http://zilchified.blogspot.com
official site: www.djzilch.com


facebook:
www.facebook.com/ivan.zilch

Quote from: negative on 07/05/09, 00:53
ada baiknya introspeksi diri, apakah kita sudah pantas mendapatkan fee senilai yang kita mau? ingat bahwa promotor/club punya aturan "pay peanuts you get monkeys", lho. :-)

agree... tapi apakah dr pihak promotor/venue objective dalam melihat hal ini?

misalnya kalo ternyata sang performer mempunyai idelisme tinggi, terus let say idealismenya pun diterima crowd saat itu yang berimpact ke revenue club yang bagus, dancefloor penuh..

tapi ada satu yg menjadi ganjalan seperti yg paling sering ditemuin kasusnya disini adalah... sang performer tidak sanggup memuaskan "tamu2 reguler" yg notabene pinginnya lagu requestnya / anthem nya itu diputar... terus ditambah nanti dari pihak venue akan menyampaikan hal itu ke si performer..

"sob, ada lagu X gak? tamu gue request ni... puterin yah" - kurang lebih gitu lah cara penyampaiannya

akankah itu tetap diliat sebagai performer yang bagus dan layak mendapatkan standarisasi? kalau misalkan dia tetap pada idealismenya untuk tegas tidak akan melayani permintaan2 seperti itu?

well sometimes we do have to be a lil bit flexible... tapi up to what point?

thats why spt yg gue coba saranin, bener2 ini butuh keterlibatan semua pihak, n ga bisa cuman di koreksi dari satu sisi aja...

now.. are we gonna willing 2 do that?

ask yerself...  ;)

My Mixtape on DEMOSTATION
Infinite Numbness Vol 03 and Vol 04
Click 2 Download

Kalau misalkan "Lu Liat perform gue dulu, ntar baru kita ngomong pembayaran yang pantes buat gue" kl kyk gitu gimana tuh?

@ junz: hmmm..gue rasa sih kalo EO atau Venue yg sengaja mengundang si dj sih,harusnya udah tau ya kapasitas dan skill sang dj itu layak dibayar berapa. Lain halnya kalo kita begging ke EO atau club supaya bisa dapet slot maen. Gue sih lebih setuju utk standard fee si dj sendiri yg nentuin. Tapi kembali lagi, harus sadar diri juga. Jgn skill pas2an, lagu gitu2 aja, performa stage biasa trus minta fee diatas rata2. Itu sih brochist dan vamping namanya

Quote from: 7 on 07/05/09, 11:57
@ junz: hmmm..gue rasa sih kalo EO atau Venue yg sengaja mengundang si dj sih,harusnya udah tau ya kapasitas dan skill sang dj itu layak dibayar berapa. Lain halnya kalo kita begging ke EO atau club supaya bisa dapet slot maen. Gue sih lebih setuju utk standard fee si dj sendiri yg nentuin. Tapi kembali lagi, harus sadar diri juga. Jgn skill pas2an, lagu gitu2 aja, performa stage biasa trus minta fee diatas rata2. Itu sih brochist dan vamping namanya
Bwakakakakakaka.....bisa aja lo ndra
Jadi inget postingan yang lagi gw pantengin terus nih hehehehehehe